Praktik Baik Universitas Pamulang “Berbagi Untuk Negeri” Permudah Akses Pendidikan Tinggi 24 Juni 2024 ← Back
Padang, Kemendikbudristek – Pendidikan merupakan salah satu pilar penting dalam membangun bangsa, tetapi masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak memiliki akses dan kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi. Menurut data statistik, dari rata-rata 4 juta lulusan SMA/SMK/sederajat, tidak sampai 2 juta orang yang diterima di perguruan tinggi. Dan sisanya belum tentu bisa langsung bekerja dikarenakan mereka belum memiliki skill yang dibutuhkan.
Di Tangerang Selatan, sebuah universitas swasta hadir untuk menjawab tantangan tersebut. Universitas Pamulang atau disingkat UNPAM adalah kampus yang kini memiliki 86 ribu mahasiswa dan 2.500 dosen. UNPAM didirikan pada tahun 2000, dan pada tahun 2004 pengelolaannya dialihkan kepada Yayasan Sasmita Jaya.
Sesuai landasan filosofis UNPAM yaitu “Berbagi untuk Negeri”, universitas ini hadir untuk membantu pemerintah dalam memberikan akses pendidikan tinggi kepada masyarakat. Pada Sharing Session Inovasi dan Kemitraan bertema Entrepreneurial Leadership di acara Kampus Merdeka Fair (KM Fair) 2024 yang digelar di Padang, Kamis (30/5), rektor UNPAM, E. Nurzaman hadir untuk memaparkan seluk-beluk pengelolaan Perguruan Tinggi dan MBKM Mandiri di UNPAM. Salah satu langkah yang diambil UNPAM dalam memudahkan akses masyarakat ke pendidikan tinggi adalah menetapkan SPP yang tergolong murah.
“Kami menyediakan fasilitas terbaik, tidak meminta uang gedung, dengan SPP terjangkau rerata Rp1,2 juta per semester dan dapat diangsur mahasiswa dengan angsuran tiap bulan Rp200 ribu,” ungkap Nurzaman saat membuka sesi diskusi.
Fasilitas lengkap yang dimaksud adalah empat gedung perkuliahan yang dilengkapi lift dan eskalator, serta minimarket, kafe, dan perpustakaan untuk mahasiswa. “Concern kami adalah memberikan akses kepada pendidikan tinggi yang terjangkau, terutama bagi mereka yang memiliki keterbatasan. Terbatas finansial, terbatas waktu, dan terbatas fisik,” tambah Nurzaman.
Hal ini dapat dilihat dari fleksibilitas jadwal kuliah di UNPAM. Mahasiswa yang harus bekerja pada pagi dan siang hari diberi kelonggaran untuk berkuliah di malam hari, begitu pula sebaliknya. Sementara itu, mahasiswa yang bekerja di hari Senin-Jumat juga dipersilakan untuk datang kuliah pada hari Sabtu, sambil tetap melakukan e–learning dengan modul pada hari kerja. UNPAM juga telah menerapkan blended learning sejak 5 tahun sebelum pandemi Covid-19. Pembelajaran di UNPAM 60 persen dilakukan secara tatap muka dan 40 persen secara daring.
Selanjutnya, bagi mahasiswa disabilitas, UNPAM memiliki program afirmasi yang inklusif. Saat ini, UNPAM memiliki 71 mahasiswa disabilitas dan sudah meluluskan 14 mahasiswa disabilitas. Mahasiswa disabilitas lulusan UNPAM yang pertama adalah seorang sarjana komputer dengan kondisi totally blind atau buta total.
Dengan SPP terjangkau dan fasilitas yang memadai, tentu muncul pertanyaan dari mana pendanaan di UNPAM berasal. Nurzaman menuturkan, hal ini dimungkinkan oleh banyaknya aktivitas bisnis yang dimiliki Yayasan Sasmita Jaya dan profitnya di investasikan ke kampus. Pada saat bersamaan, almarhum pendiri Yayasan Sasmita Jaya juga memiliki visi dan misi berbagi untuk negeri melalui pendidikan.
“Dugaan saya, sebagian besar perguruan tinggi mengandalkan biaya dari mahasiswa. UNPAM juga demikian, sampai yayasan mengadopsi dan mengubah pola pikir, program, serta visi-misi. Awal mula di UNPAM, satu kelas mahasiswa hanya 1-2 orang, tetapi dilayani hingga menjadi sarjana. Lulusan lantas menjadi channeling untuk mengatakan kebaikan kepada yang lain, sehingga terbangun trust kepada UNPAM,” lanjut Nurzaman.
Tata kelola antara yayasan dan perguruan tinggi semacam ini mungkin tidak bisa dibilang lazim. Namun, Yayasan Sasmita Jaya dan UNPAM tetap bisa saling mendukung dan bersinergi meskipun ada pemisahan fungsi.
“Pola pikir ilmuwan itu out of the box, kami ubah menjadi no box sehingga lebih leluasa. Biarkan berselancar, berinovasi seleluasa mungkin, tetapi tetap terkendali dengan memperhatikan koridor-koridor yang berlaku,” imbuh Nurzaman.
Setiap tahunnya, UNPAM dapat menerima hingga 30.000 mahasiswa baru. Berbeda dengan perguruan tinggi lain, UNPAM menerima mahasiswa sepanjang tahun, baik di semester ganjil dan genap. Alasannya, belum tentu semua calon mahasiswa memiliki uang pada saat pendaftaran semester ganjil dibuka. Sehingga, UNPAM memberikan kesempatan untuk mendaftar pada semester genap.
Jika dilihat dari murahnya biaya SPP di UNPAM dan kelonggaran yang diberikan, beberapa pihak mungkin akan berpikir bahwa kualitas pendidikan di perguruan tinggi swasta ini kurang baik karena biaya berkorelasi dengan kualitas. Namun, Nurzaman menekankan bahwa biaya pendidikan di UNPAM sebenarnya tidak murah.
“Sempat ada mispersepsi, kalau biaya murah, bagaimana kualitasnya? Biaya di UNPAM sesuai standar nasional, yang murah adalah beban kepada mahasiswa sementara kekurangan disubsidi Yayasan,” ucapnya.
UNPAM bahkan turut berpartisipasi dalam gerakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Berkaitan dengan MBKM Mandiri, UNPAM memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk magang atau bekerja di lingkungan mereka sendiri. Sebagai contoh, UNPAM memproduksi air minum yang melibatkan mahasiswa Teknik Kimia untuk proses pengecekan air, mahasiswa Teknik Mesin di bagian perawatan mesin, mahasiswa Manajemen di urusan packaging, dan mahasiswa Akuntansi di bagian pembukuan. UNPAM memiliki BPR (Bank Perkreditan Rakyat) yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk magang selama 4 bulan, juga minimarket bernama Lab Store yang mempekerjakan mahasiswa.
“Jika bekerja rutin, kami bebaskan SPP-nya. Kami berikan uang saku dan rekognisi sebagai bagian dari praktek. Namun dengan catatan prioritas utama tetap kuliah, IPK bagus, dan bisa menyelesaikan kuliah,” papar Nurzaman.
Rekognisi diberikan karena mahasiswa tidak akan lulus jika bekerja sembari berkuliah. Namun, bukan berarti rekognisi diberikan dengan asal. Nurzaman memberikan contoh rekognisi SKS pada program kampus mengajar mandiri yang dilakukan di dua SMK milik Yayasan Sasmita Jaya. Mahasiswa Teknik Mesin dapat mengajar di SMK Ekonomi, tetapi rekognisi tidak akan mencapai 20 SKS karena mahasiswa tetap membutuhkan keterampilan di bidang teknik mesin untuk lulus.
Bicara soal masa depan, UNPAM ingin konsisten dalam berbagi untuk negeri. Prioritas UNPAM adalah memberikan kesempatan memperoleh pendidikan tinggi kepada mereka yang tidak mampu, baik tidak mampu secara finansial, secara waktu, dan secara fisik.
“Yang perlu kita tolong adalah mereka yang punya kompetensi tetapi kurang beruntung. Mereka tidak perlu dikasihani. Mereka perlu mendapatkan haknya dan kita memberikannya,” tegas Nurzaman.
Menutup diskusi, Rektor Universitas Pamulang ini juga memberikan saran bagi perguruan tinggi swasta lain yang ingin seperti UNPAM. “Pertama, kuatkan niat untuk mengabdi. Kedua, rekan-rekan PTS perlu membangun harmoni yang kuat antara rektorat dengan yayasan. Ketiga, bangun kultur yang sama tetapi tidak seragam, beragam tetapi tidak sama, dan ada dinamika yang mendukung visi-misi. Apa pun yang kita perbuat, ingat visi-misi yang akan dituju. InsyaAllah, keberhasilan menanti kita,” tutup Nurzaman. (Tim MBKM / Editor: Destian, Denty)
Sumber :
Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 1587 kali
Editor :
Dilihat 1587 kali