Program Magang Budaya Jadi Sarana Tumbuhkan Kecintaan Akan Indonesia di Korea Selatan  11 Juni 2024  ← Back



Busan, Kemendikbudristek – Perwakilan Indonesia di luar negeri terus gencarkan diplomasi budaya untuk tumbuhkan kecintaan akan Indonesia oleh masyarakat global. Salah satunya dilakukan oleh Perwakilan Republik Indonesia di Seoul, Korea Selatan yang menggelar Program Magang Budaya untuk lima orang akademisi ataupun praktisi kebudayaan terpilih dari Indonesia pada tanggal 1 April s.d. 30 Juni 2024 di Busan University of Foreign Studies.

Program Magang Budaya merupakan hasil kolaborasi Direktorat Jenderal Kebudayaan (Ditjenbud), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kedutaan Besar Republik Indonesia di Seoul (KBRI Seoul), Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), serta Indonesian Centre di Busan University of Foreign Studies (IC-BUFS).

“Belakangan ini di Indonesia, gelombang budaya Korea (Korean wave) memberi pengaruh kuat di kalangan generasi muda. Saatnya mengguncang Korea dengan gelombang budaya Indonesia sehingga akan semakin banyak masyarakat Korea Selatan yang mencintai Indonesia,” ujar Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Seoul, Amaliah Fitriah, saat sesi penyambutan peserta program magang, Senin (1/4).

Amaliah juga menambahkan bahwa peserta magang yang selanjutnya menjadi tutor akan mengimplementasikan materi yang telah disiapkan untuk para peserta yang akan mengikuti kursus singkat (short course) dan lokakarya. Adapun hasil dari pelaksanaan lokakarya akan ditampilkan pada acara Busan Global Gathering tanggal 18 Mei 2024 serta Festival Indonesian Week pada tanggal 28 s.d. 30 Mei 2024.

“Seluruh peserta Program Magang Budaya telah diseleksi oleh Ditjenbud. Tak kalah menarik peserta kursus singkat juga akan diberikan pelatihan bahasa Korea. Sehingga akan tercipta interaksi antara mahasiswa Indonesia dan Korea” tutur Amaliah seraya menyampaikan apresiasi kepada Busan University of Foreign Studies.

Adapun materi kursus singkat terdiri atas lima program sebagai berikut. Pelatihan Batik, dibimbing oleh Frangky Kurniawan di mana peserta diajarkan mengenai teknik-teknik dasar pembuatan batik, mulai dari membuat motif, membuat pola, proses nyanting, pewarnaan, hingga proses membatik selesai. Mereka diberikan kesempatan untuk mencoba membuat batik sendiri dengan memadukan motif bunga nasional Korea Mugunghwa dan memperoleh wawasan tentang nilai-nilai kultural yang terkandung dalam batik Indonesia.

Kemudian ada Tari Tradisional Indonesia, yang dibimbing oleh Tresna Maya Sofia. Peserta diajak untuk mempelajari gerakan-gerakan tari tradisional Indonesia. Para peserta pun menggali makna dan cerita di balik setiap gerakan, serta merasakan keindahan dalam menginterpretasikan budaya melalui gerakan tubuh.

Lagu Daerah dan Makanan Tradisional Indonesia, dibimbing oleh Dian Anggarapeni. Melalui pelatihan ini, peserta diperkenalkan dengan berbagai lagu daerah Indonesia beserta maknanya yang disajikan dalam bentuk paduan suara/vokal grup. Peserta pun akan diajak untuk menikmati berbagai hidangan tradisional Indonesia yang akan disajikan pada Festival Indonesian Week, sehingga peserta dapat merasakan cita rasa yang autentik dari masakan Indonesia.

Lalu Wayang Suket dan Cerita Rakyat Indonesia, yang dibimbing oleh Yhoga Rizki Kristanto. Wayang Suket merupakan salah satu warisan budaya dan kearifan lokal bangsa Indonesia yang keberadaannya mulai memudar. Dalam program ini, peserta lokakarya diajak untuk mempelajari sejarah, bentuk, karakter, filosofi, dan membuat Wayang Suket bersama. Selain itu, cerita rakyat Indonesia pun turut disampaikan kepada para peserta lokakarya melalui pertunjukan Wayang Suket

Terakhir adalah Angklung dan Permainan Tradisional Indonesia, yang dibimbing oleh Hizkia Pertiwi. Pada pelatihan ini, selain sejarah perkembangan angklung, peserta pun diajak untuk memainkan Angklung dengan berbagai metode inovatif yaitu Angklung Padaeng (Partitur), Hand Sign, serta Galung yakni sebuah metode menggunakan warna sebagai panduan dalam memainkan berbagai jenis lagu. Selain itu, untuk menambah keseruan, peserta juga diperkenalkan dengan berbagai permainan tradisional Indonesia, seperti congklak, gasing, bekel, dan permainan tradisional lainnya.

Saat berita diturunkan, pelaksanaan kursus masih berlangsung. Tercatat, sebanyak kurang lebih 200 orang selama kurun waktu 3 bulan yang merupakan mahasiswa dan civitas Busan University of Foreign Studies maupun mahasiswa internasional dari kampus lain serta masyarakat umum antusias mengikuti kursus meski waktunya singkat.

Dengan menggabungkan pembelajaran praktis, pengalaman langsung, dan interaksi antar budaya, diharapkan program kursus singkat ini dapat menjadi wahana yang efektif dalam memperluas pemahaman dan mengapresiasi kekayaan budaya Indonesia bagi peserta dari berbagai latar belakang yang berbeda.
 
Turut hadir di acara penyambutan yakni Direktur Indonesia Centre, Yekyoum Kim dan Wakil Direktur IC-BUFS, Ni Made Rieke Elitasari. (Hizkia Pertiwi, Atdikbud KBRI Seoul/Editor: Andrew Fangidae, Stephanie, Denty A., Seno Hartono)
 

Sumber :

 


Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 1017 kali