Jejak Harum Rempah Nusantara: Di Balik Pelayaran Panjang Laskar Rempah Kayu Manis 11 Juli 2024 ← Back
Bintan, Kemendikbudristek – Malam itu, langit Dumai dipenuhi bintang-bintang yang seolah menyemangati 25 Laskar Rempah Kayu Manis yang tengah bersiap untuk memulai pelayaran panjang Laskar Rempah Kayu Manis. KRI Dewaruci yang megah berdiri gagah di pelabuhan, siap mengarungi lautan luas membawa Laskar Rempah Kayu Manis ke tempat - tempat bersejarah yang menyimpan banyak cerita tak ternilai tentang rempah dan kebudayaan Nusantara. Pelayaran ini bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual dan intelektual, menggali kembali akar kebudayaan yang telah lama terlupakan.
Rute pertama Laskar Rempah Kayu Manis adalah Dumai menuju Sabang, sebuah rute yang penuh tantangan. Laskar Rempah Kayu Manis bertahan, saling menguatkan, karena mereka tahu bahwa setiap tetes keringat dan air mata adalah harga yang harus dibayar untuk sebuah pelajaran berharga.
Selama pelayaran, Laskar Rempah Kayu Manis diberikan pembekalan materi di kapal terkait sejarah rempah, sejarah kebudayaan Islam, konektivitas budaya, pengaruh dan peran kebudayaan di masa lampau, serta potensi konektivitas budaya dan jalur rempah. Setiap sesi pembekalan diisi dengan antusiasme tinggi. Laskar Rempah Kayu Manis menyimak dengan seksama, mencatat setiap detail yang disampaikan oleh narasumber. Mereka menyadari bahwa ilmu yang didapatkan di kapal ini adalah bekal berharga untuk misi diplomasi dan advokasi budaya yang diemban.
Perjalanan panjang dari Dumai ke Sabang terasa berat bagi para laskar rempah dan tamu undangan. Selat Malaka menjadi saksi bisu betapa beratnya adaptasi bagi laskar yang baru pertama kali melakukan pelayaran. Namun, mereka terus berjuang, berusaha mengatasi rasa takut dan ketidaknyamanan.
Ketika akhirnya Laskar Rempah Kayu Manis tiba di Sabang, seolah semua penantian itu terbayar lunas. Ombak yang tenang menyambut, membawa mereka pada suasana yang lebih damai. Di sini, Laskar Rempah Kayu Manis disuguhi kekayaan budaya yang luar biasa. Mereka mencicipi masakan kuah beulangong yang khas, menikmati tradisi ranub masusun, dan mengunjungi beberapa titik cagar budaya seperti Benteng Anoi Itam, Benteng Mateo, Masjid Baiturrahman, hingga kantor gubernur Aceh. Setiap tempat yang Laskar Rempah.
Laskar Rempah Kayu Manis merasakan kedamaian dan kebanggaan yang luar biasa ketika berdiri di depan Benteng Anoi Itam, mengingat betapa banyaknya sejarah yang telah terukir di tempat itu. Benteng Mateo membawa memori masa lalu, saat Aceh menjadi salah satu pusat peradaban Islam di Nusantara. Setiap sudut tempat itu membawa semua orang pada refleksi mendalam tentang perjalanan panjang bangsa ini.
Namun, perpisahan di Sabang tidaklah mudah. Laskar Rempah Kayu Manis tahu bahwa perpisahan ini hanyalah awal dari perjalanan yang lebih panjang. Mereka harus kembali melintasi Selat Malaka, tempat di mana kapal - kapal perdagangan dari berbagai belahan dunia berlalu-lalang, menegaskan pentingnya jalur ini dalam sejarah dan masa kini.
Di Malaka, sambutan hangat dari Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Malaysia dan perwakilan kerajaan Malaka memberikan semangat baru. Laskar Rempah Kayu Manis dihadapkan pada serangkaian kegiatan yang padat, dari simposium hingga eskursi budaya. Meski lelah, semangat mereka tetap membara. Kegiatan ini mempererat ikatan Laskar Rempah dengan budaya Malaysia dan menambah wawasan tentang konektivitas budaya di masa lalu dan sekarang.
“Setiap dari kami bisa saja pergi ke Malaka kapanpun, namun tidak dengan orang yang sama, tidak dengan suasana yang sama,” ungkapan ini menggambarkan betapa berharga setiap momen yang Laskar Rempah Kayu Manis lalui bersama.
Laskar Rempah Kayu Manis mengunjungi Malaysia Heritage Studio, untuk diperkenalkan kepada kebudayaan Malaysia dan mengunjungi beberapa anjungan rumah adat Malaysia. Di museum Hang Tuah, mereka melihat konektivitas tokoh di masa lampau dan pengaruhnya di Nusantara. Kawasan bangunan merah di Malaka membawa mereka pada memori tentang masa kejayaan Kerajaan Malaka yang pernah menjadi pusat perdagangan rempah di dunia.
Setelah beberapa hari di Malaka, perjalanan kembali mengarungi lautan. Laskar Rempah Kayu Manis tahu bahwa perjalanan menuju Tanjung Uban akan menjadi pelayaran terakhir mereka sebagai Laskar Rempah.
Mereka sadar, kebersamaan ini akan segera berakhir. Malam inaugurasi diadakan di tengah lautan, di bawah langit mendung. Laskar Rempah Kayu Manis menampilkan bakat masing-masing, mulai dari tari, teater, hingga musik tradisional. Semua memberikan yang terbaik, karena Laskar Rempah Kayu Manis tahu, inilah momen terakhir mereka bersama.
Ketika kapal akhirnya berlabuh di Tanjung Uban, peluit panjang berbunyi, menandakan akhir dari perjalanan Laskar Rempah Kayu Manis. Namun, ada kebanggaan tersendiri ketika Laskar Rempah Kayu Manis yang biasanya dilakukan oleh ABK KRI Dewaruci, kali ini diberikan kesempatan untuk melaksanakan parade roll.
Sambutan hangat di Tanjung Uban dan Pulau Penyengat semakin membuat rangkaian perpisahan semakin berat. Di Pulau penyengat, Laskar Rempah Kayu Manis berkunjung ke titik-titik cagar budaya, mengikuti gelar budaya, dan mengadakan gala dinner. Hari terakhir di Pulau Penyengat menjadi momen yang paling menyedihkan. Laskar Rempah Kayu Manis saling berpamitan, menyadari bahwa perjalanan ini telah mengubah hidup mereka menjadi lebih berharga.
Selama 21 hari, Laskar Rempah Kayu Manis telah menjalani perjalanan penuh suka dan duka. Laskar Rempah Kayu Manis adalah orang-orang terbaik dari berbagai provinsi, terdiri dari aktivis budaya, sosial, content creator, penulis, guru, dan berbagai profesi lainnya. Laskar Rempah Kayu Manis adalah “Perang Bintang,” tim yang berisikan bintang dan matahari. Dua julukan ini akan selalu membekas, menjadi bagian dari cerita indah yang akan terus dikenang.
Semoga tulisan ini mengabadikan kenangan Laskar Rempah Kayu Manis dalam perjalanan panjang jalur rempah, menjadi warisan budaya dunia. Perjalanan ini mungkin terlalu singkat, namun kenangan dan pelajaran yang dibawa akan selalu hidup dalam setiap goresan karya yang akan dibuat di masa depan. Ini adalah cerita tentang kita, tentang Laskar Rempah Kayu Manis, yang telah menorehkan sejarah dalam pelayaran budaya yang tak terlupakan.
Terima kasih tertinggi untuk seluruh anggota laskar rempah kayu manis pada Muhibah Budaya Jalur Rempah Tahun 2024. (Dani Fazli / Editor: Stephanie, Denty)
Sumber :
Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 1039 kali
Editor :
Dilihat 1039 kali