Menjaga Kearifan Lokal Masyarakat Osing lewat Rancang Ilalang  18 Juli 2024  ← Back




Banyuwangi, Kemendikbudristek
– Lewat lokakarya Rancang Ilalang bertajuk Pemanfaatan Ilalang Sebagai Bahan Eksterior dan Interior Bangunan dengan Memanfaatkan Kearifan Lokal yang digelar Kemendikbudristek bersama Sekolah Adat Osing Pesinauan, masyarakat Osing, Banyuwangi diajak belajar tentang nilai kultural ilalang dalam masyarakat adat Osing dan melakukan praktik menganyam ilalang. Lokakarya berlangsung pada 6 s.d. 7 Juli 2024.
 
Keberadaan ilalang sudah sangat melekat dengan kehidupan masyarakat Osing. Demikian disampaikan oleh Juri Kunci Pesarean Buyut Kunci, Jam’i Abdul Gani. “Ilalang merupakan simbol kebersamaan masyarakat Osing. Rumah masyarakat Osing dulunya beratapkan ilalang, di mana proses pengambilan dan pemasangannya dilakukan secara bersama-sama,” ujarnya.
 
Melihat ilalang dan keterkaitannya dengan pengetahuan lokal masyarakat adat Osing, maka diperlukan pemeliharaan pengetahuan lokal masyarakat adat Osing terkait arsitektur tradisional atap ilalang. Tak hanya itu, juga kemungkinan pengembangannya dalam beragam bentuk anyaman lain sebagai bahan interior dan kerajinan lainnya.
 
Ilalang di kalangan masyarakat Osing juga memiliki perjalanan tersendiri. Perjalanan ilalang dijelaskan oleh praktisi ilalang sekaligus Kepala Sekolah Adat Osing Pesinauan, Slamet Diharjo, dimulai dari upaya perawatan petilasan dan makam leluhur Buyut Semi pada 2019 dan Buyut Cili pada 2020, hingga menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat pada saat ini. Ilalang pun dapat menjadi beragam karya dan kerajinan yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
 
Dalam lokakarya tersebut, para peserta juga berkesempatan untuk belajar dan praktik langsung teknik anyaman ilalang bersama praktisi Budi Hartono. Budi menerangkan bahwa terdapat empat tahap pembuatan atap ilalang, yaitu 1) ngarit atau mencari bahan ilalang; 2) mulung atau mengikat ilalang untuk dibawa pulang; 3) mepe atau menjemur; dan 4) melit atau menganyam ilalang.
 
Pada tahap ngarit, dibutuhkan peralatan seperti arit pengaritan (arit untuk rumput), sarung tangan, sepatu, dan caping. Kemudian, ilalang harus di jemur di bawah terik matahari selama 3-4 hari dengan posisi ikatan tegak. Setelah itu, ilalang pun siap untuk dianyam.
 
Berikut adalah tiga teknik menganyam ilalang yaitu, 1) belok, atau menggunakan tiga bambu dan diikat dengan tali dari sayatan kecil bambu tali/bambu apus; 2) sepeg, atau mengikat segenggam kecil ilalang menjadi satu; dan 3) selimpet, atau menggunakan dua bambu dan diikat dengan tali dari sayatan kecil bambu tali/bambu apus.
 
Peserta yang didominasi oleh remaja perempuan itu sangat antusias mencoba menganyam ilalang. Dengan bimbingan Budi dan para pengurus Pesinauan lainnya, mereka pun berhasil membuat satu lembar anyaman ilalang, yang kemudian dievaluasi kembali oleh Budi.
 
Sebagai informasi, Sekolah Adat Pesinauan Osing didirikan oleh Pengurus Daerah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara – Osing (PD AMAN-Osing), sebagai bagian dari upaya pewarisan dan penguatan jati diri, pola pikir, cara hidup dan sistem pengetahuan masyarakat adat Osing. Pendirian Sekolah Adat sendiri merupakan inisiatif masyarakat yang menitikberatkan pada proses pewarisan nilai-nilai budaya dari tetua adat kepada generasi muda. (Stephanie/Editor: Denty)
 

Sumber :

 


Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 202 kali