Menjajaki Peluang Ekosistem Bank Syariah Lewat Jalur Pendidikan di Mesir   01 Juli 2024  ← Back



Jakarta, Kemendikbudristek Mesir sebagai negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia 79 tahun silam memiliki beragam peluang kerja sama yang menguntungkan dengan Indonesia. Tak hanya di bidang pendidikan, di mana tercatat kurang lebih 15.000 pelajar asal Indonesia menempuh studi di Mesir, namun Mesir juga memiliki peluang lain untuk dijajaki kerja sama, salah satunya sektor ekonomi perbankan syariah.

Hal tersebut terungkap saat seminar internasional yang berlangsung pada 20 Juni 2024 di Jakarta. Seminar internasional yang bertajuk “Collaborative Frame Work for Holictic Islamic Ecosystem” dimoderatori oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kairo, Abdul Muta'ali.

“Indonesia-Mesir memiliki hubungan historis yang sangat panjang dan bersejarah. Tak terkecuali, Universitas Al-Azhar sebagai salah satu universitas tertua di dunia turut punya andil dalam kemerdekaan Indonesia lewat naskah pengakuan bangsa Mesir disusun oleh Grand Syeikh Al-Azhar periode 1945-1947, Sheikh Mustafa Abdurrazaqh, yang kemudian dibacakan oleh Presiden Gamal Abdel Nasser Hussein,” ungkap Muta'ali.

Selanjutnya dalam sesi dialog, narasumber yang hadir yaitu Deputy Grand Syeikh Al-Azhar, Mohamed Abdl Rahman Al-Duweiny dan Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia (BSI), Hery Gunardi saling berbagi praktik baik perihal penelitian terkini industri keuangan syariah dan peluang kerja sama Tri Dharma perguruan tinggi dengan Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.

Pada kesempatan tersebut, Abdul Muta'ali turut menjelaskan peluang dan tantangan, proses, detil tahapan yang harus dilalui untuk melakukan penjajakan kerja sama dengan Universitas Al-Azhar.

“Sejauh ini berbagai kampus besar dunia seperti Harard, Cambridge, dan Oxford telah bekerja sama dengan Universitas Al-Azhar, sehingga bukan tidak mungkin Bank Syariah Indonesia memiliki cabang di kampus tersebut. Al-Azhar adalah simbol moderatisme, wasathiyyah, dan toleransi pendidikan Islam,” pungkasnya.

Turut hadir di dalam seminar internasional tersebut, Wakil Presiden Republik Indonesia, Ma'ruf Amin. (Atdikbud KBRI Kairo / Editor: Andrew Fangidae, Stephanie, Denty A., Seno Hartono)
 

Sumber :

 


Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 188 kali