Menyelami Tantangan Digitalisasi di Indonesia melalui Conference on Challenges of the Digital Global 01 Juli 2024 ← Back
Berlin, Kemendikbudristek --- Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Berlin sukses menjadi tuan rumah kegiatan “Conference on Challenges of the Digital Globalization in Indonesia” pada tanggal 13 Juni 2024. Kegiatan ini merupakan buah hasil kerja sama antara Universitas dari Indonesia dan Jerman, yaitu Fachhochschule Dortmund, Universitas Airlangga, Universität der Bundeswehr München, dan Universitas Islam Riau dengan dukungan dari Deutscher Akademischer Austauschdienst (DAAD).
Konferensi yang mengangkat tema tentang berbagai tantangan yang dihadapi masyarakat di era digital ini dihadiri oleh sekitar 44 peserta yang berasal dari DAAD, Senatkanzlei Berlin, perwakilan industri, sejumlah perwakilan yayasan, mahasiswa Indonesia yang mengenyam pendidikan di Berlin, dan sejumlah staf KBRI Berlin.
Duta Besar Republik Indonesia di Jerman, Arif Havas Oegroseno, menjelaskan bahwa pasar digital di Indonesia terus tumbuh dengan pesat. “Indonesia memiliki populasi yang besar. Alhasil, pasar di sektor digital akan terus mengalami peningkatan. Bahkan boleh jadi dapat menyaingi Singapura,” ungkap Havas dalam sambutannya, pada Kamis (13/6).
Selanjutnya, dosen Fachhochschule Dortmund, Michael Bohne, yang juga menjadi salah satu penggagas konferensi ini, menyampaikan secara singkat kerja sama yang terjalin antara Fachhochschule Dortmund - Universität der Bundeswehr München dengan Universitas Airlangga – Universitas Islam Riau. Poin-poin kerja sama yang menjadi fokus antara lain pertukaran pelajar, joint publication, kunjungan dosen tamu rutin, dan pengembangan kurikulum bersama.
Sedangkan, Rektor Universitas Islam Riau, Syafrinaldi, memaparkan presentasinya terkait tantangan digitalisasi dalam perspektif masyarakat Islam di Indonesia. Menurutnya, digitalisasi bagaikan dua sisi koin. ”Di satu sisi digitalisasi membawa banyak sekali keuntungan. Semua menjadi lebih efisien dan mudah. Namun di sisi lain, efek negatif juga membayangi digitalisasi. Sebut saja fraud di sektor perbankan,“ ujarnya.
Sesi pembukaan diakhiri dengan foto bersama dan penyerahan cinderamata dari masing-masing Universitas dan KBRI Berlin. Selanjutnya, acara masuk ke agenda utama yaitu presentasi yang diisi oleh pembicara dari berbagai instansi Jerman seperti DAAD, Kementrian Federal Transportasi dan Infrastruktur Digital, Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ), dan German Asia-Pacific Business Association.
Peserta konferensi mengikuti setiap presentasi dengan serius disambi dengan kudapan khas Indonesia yaitu pastel. Salah satu pembicara yang cukup menarik perhatian peserta konferensi ialah Prof. Stefan Koos. Pria yang menjadi rekanan Michael Bohne dalam penyelenggaraan konferensi ini menyatakan bahwa dinamisnya era digitalisasi ini perlu diimbangi dengan kesiapan para pakar hukum dalam menaggapi permasalahan yang ada dan akan ada.
Namun nilai-nilai yang dimiliki oleh tiap-tiap negara mempersulit pengaturan digitalisasi tersebut. Perlu adanya peraturan yang bersifat sui generis untuk dapat mengatur hal-hal baru yang muncul dan yang akan muncul terutama di dunia siber, di mana anonimitas mempersulit penegakan hukum secara luas. Menanggapi hal tersebut, para ahli hukum, pengajar hukum, praktisi hukum, dan penegak hukum harus dapat merespon inovasi-inovasi tersebut karena hukum positf sudah pasti akan telat datangnya
Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Berlin, Roniyus Marjunus, mengatakan bahwa konferensi ini penting diadakan untuk mengetahui perkembangan digitalisasi di Indonesia. “Melalui konferensi ini kita dapat mengetahui tantangan apa yang kita hadapi di dunia digital di Indonesia. Selain itu, konferensi ini dapat menjadi wadah bertukar perspektif antara Indonesia dan Jerman,“ katanya.
Konferensi ini adalah bagian dari proyek ”Digitalization of Law and Society in Indonesia” yang dijalankan oleh Michael Bohne dan Stefan Koos dengan bantuan dari DAAD. Proyek ini berjalan sejak tahun 2022 sampai akhir 2024. Proyek ini memiliki fokus pada pengembangan kurikulum bersama dan pertukaran pelajar serta dosen di bidang digitalisasi dan hukum. (Penulis: Andriyansyah Perdana Murtyantoro, Atdikbud Berlin/Editor: Denty A.)
Sumber :
Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 1264 kali
Editor :
Dilihat 1264 kali