Sidang Komite Warisan Dunia ke-46 Jadi Momen Indonesia Tunjukkan Keagungan Muarajambi  29 Juli 2024  ← Back



New Delhi, Kemendikbudristek Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi ditampilkan dalam bentuk visualisasi foto dan infografis secara lugas dan epik lewat pameran di sela pelaksanaan Sidang Komite Warisan Dunia ke-46 United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) di New Delhi, India pada tanggal 21 s.d 31 Juli 2024.
 
Pameran yang mengusung tema bertajuk Muarajambi Temple Compound: The Buddhist Centre For Education and Worship, 7th-14th Century AD menyajikan KCBN Muarajambi yang merupakan peninggalan masa lampau, memiliki nilai historis tinggi dari Abad VII-XIII Masehi. KCBN Muarajambi berada di Desa Muarajambi, Kecamatan Marosebo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Lokasi tepatnya di Daerah Aliran Sungai Batanghari.
 
"Pameran ini adalah kesempatan luar biasa bagi Indonesia untuk mempresentasikan warisan budaya Muarajambi kepada para delegasi dan peserta Sidang Komite Warisan Dunia ke-46," ujar Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, Ismunandar, Kamis (25/7).
 
Ismunandar juga menambahkan kiranya lewat pameran ini dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kesadaran global tentang nilai sejarah Muarajambi dan mendukung pengusulannya sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.
 
Selanjutnya, Agus Widiatmoko selaku ketua tim pameran, sekaligus sebagai arkeolog menyampaikan, bahwa Komitmen Pemerintah Republik Indonesia untuk melestarikan Percandian Muarajambi diwujudkan dalam program revitalisasi yang secara intensif dilakukan sejak tahun 2022 hingga sekarang dengan fokus pelestarian fisik dan sosial budaya.

“Pelestarian fisik mencakup warisan budaya bendawi seperti melakukan riset, preservasi, konservasi, dan pembangunan museum. Guna menunjang itu, secara kelembagaan dan manajemen pengelolaan telah dibentuk Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya yang secara khusus akan menangani pelestarian Percandian Muarajambi,” jelas Agus.

Agus juga menerangkan sejalan dengan hal tersebut, pelestarian sosial budaya menekankan pemberdayaan masyarakarat yang bertumpu pada nilai-nilai budaya termasuk warisan budaya takbenda (intagible heritage), seperti tradisi pangan, sandang, papan, beserta siklus kehidupannya dalam masyarakat yang hidup di sekitar Percandian Muarajambi. 

Tak ketinggalan, Kurator pameran, Naswan Iskandar mengatakan, “Pameran sebagai upaya menghadirkan sebuah pengalaman yang membangkitkan kesadaran akan pentingnya memahami nilai-nilai yang terkandung di KCBN Muarajambi.”

Selain itu, koleksi artefak, dokumentasi sejarah, dan narasi visual, pameran ini tidak hanya mengabadikan kekayaan budaya, tetapi juga menyoroti peran kawasan dalam membentuk identitas dan konteks sosial yang luas,” tambah Naswan.

Lewat pameran tersebut, peserta sidang dan masyarakat internasional diajak untuk 1) mengetahui lebih dalam tentang signifikansi sejarah Muarajambi sebagai pusat pembelajaran Buddha terkemuka di masa lalu; 2) memahami peran Muarajambi dalam jaringan perdagangan internasional pada masa lampau; dan 3) menjelajahi hubungan antara Muarajambi dan pusat pembelajaran Buddha ternama di Nalanda, India.

Sebagai informasi, testimoni Yi Jing pada abad ke-7 Masehi dan Dipamkara Srijnana Atisa yang khusus datang ke Sumatra untuk belajar dengan Dharmakirti dari Suwarnadwipa pada abad ke-11 Masehi, menunjukkan pusat pendidikan Buddhis di Muarajambi ini menarik minat para cendekiawan besar di masanya untuk datang menimba ilmu.

“Selain itu, Prasasti Nalanda Copperplate mencatat pertukaran pendidikan dan budaya antara Sumatra dan Jawa dengan India khususnya dengan Universitas Nalanda di Bihar abad ke-9 Masehi,” pungkas Arkeolog sekalius Peneliti Muarajambi, So Tju Shinta Lee. (Wadetap RI untuk UNESCO / Editor: Andrew Fangidae, Stephanie, Denty A., Seno Hartono)
 

Sumber :

 


Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 733 kali