Beni Saputra dan Optimisme Songsong Indonesia Emas 2045  14 Agustus 2024  ← Back



Jakarta, Kemendikbudristek –
Program Pendidikan Guru Pengerak (PGP) merupakan salah satu program prioritas di Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). PGP tertuang dalam Episode 5 Gerakan Merdeka Belajar.
 
PGP bertujuan menjadikan guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelas. Berdasarkan data Direktorat Jenderal GTK, hingga Agustus 2024, sudah terdapat 92.887 Guru Penggerak di Indonesia. Sebanyak 12.400 di antaranya telah diangkat menjadi kepala sekolah.
 
Beni Saputra salah satunya. Guru asal Pekanbaru, Riau, ini merupakan satu dari 19.218 peserta Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 1. Hingga akhirnya, ia termasuk ke dalam 2.800 guru yang lolos seleksi akhir dan berhak mengikuti proses PGP selama 9 bulan medio 2020-2021.
 
Saat ini, Beni adalah Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) 47 Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Selain menjadi Guru Penggerak, Beni juga berhasil membuat SDN 47 Pekanbaru menjadi Sekolah Penggerak.
 
Adapun pada 2020 lalu, Beni yang punya semangat dan optimisme tinggi ini ikut seleksi PGP angkatan pertama tanpa tahu output lulusan seperti apa, apalagi info soal Guru Penggerak jadi kepala sekolah. Adapun sebagai pioneer, Beni dan teman seangkatannya diseleksi dan digembleng begitu ketat.
 
“Dulu ketika buka soal (tes PGP), durasi waktu berjalan. Sekarang bisa disimpan. Jadi angkatan pertama diseleksi secara alami. yang bertahan adalah orang-orang yang punya keinginan besar menjadi agen perubahan. Ketika mulai berjalan kami baru tahu ternyata sembilan bulan. Mas Menteri (Nadiem Anwar Makarim) dulu bilang jika ingin lanjut silakan, karena program ini lama. Mas Menteri tidak mau menceritakan yang manis-manis pada awal pendidikan kami. Memang akan merepotkan bapak/ibu, katanya,” ucap Beni.
 
“Dan kami angkatan pertama ini tidak bisa mencontoh aksi nyata guru lain untuk ditiru. Semua tugas belajar hal baru, tidak akan nemu contoh soalnya di google,” tegasnya. Beni pun lulus bersama 83 guru lainnya dari Kota Pekanbaru. Selama itu, ia juga menjadi ketuanya.
 
Sebagai Guru Penggerak, sosok yang hobi jalan-jalan ini mantap mendukung program tersebut karena menurutnya mampu melahirkan pemimpin pembelajaran yang menciptakan pembelajaran berpihak kepada anak.
 
“Jadi filosofinya (dari) Ki Hadjar Dewantara, bagaimana menciptakan pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Salah satu dalam Kurikulum Merdeka itu pembelajaran diferensiasi, pembelajaran yang adil bagi siswa sesuai dengan tahapan kemampuannya. Tidak ada keharusan level siswa harus sama,” kata Beni.
 
“Sementara di dalam kelas siswa itu punya keunikan masing-masing. Tingkat kognitif yang berbeda. Jadi guru harus mampu menyesuaikan kebutuhan belajar siswa tersebut, termasuk minat bakatnya. Semua anak punya hak dapat nilai 100,” ujar pria kelahiran 18 Oktober 1985 ini.
 
Beni pun berterima kasih kepada Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi karena menghadirkan PGP di Tanah Air –saat rilis adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Beni menilai, program ini berhasil menyentuh guru untuk menciptakan profil Pelajar-Pelajar Pancasila.
 
Selain itu, Beni turut mendukung Kurikulum Merdeka. Pria asal Kampar ini berharap Kurikulum Merdeka bisa dilanjutkan karena menitikberatkan tujuan pembelajaran berbasis budaya lokal dan misi sekolah yang sesuai kebutuhan siswa.
 
“Sebelumnya guru mengajar masih berbasis konten, ketika belajar IPS sumber daya alam, kami yang di Riau ini kebanyakan menghapal sumber daya alam, nama sungai, dan gunung yang ada di Jawa maupun di propinsi lainnya. Jadi budaya lokal kurang tersentuh. Hadirnya Kurikulum Merdeka berbasis kompetensi, guru berhak mengatur kurikulumnya, Guru dapat membuat pembelajaran yang kontekstual dan sesuai dengan misi sekolah, lingkungan lokal, serta kebutuhan belajar murid. Guru dapat menurunkan capaian pembelajaran yang diberikan oleh pemerintah menjadi tujuan pembelajaran yang diinginkannya,” ucap Beni.
 
“Dan mindset itu harus dikawal secara bersama. Mulai dari kepala dinas, pengawas sekolah, dan kepala sekolah. Berikan kami peluang dan ruang. Dan alhamdulillah memang Pemko Pekanbaru terkhusus Dinas Pendidikan sangat memperhatikan pendidikan di Kota Pekanbaru. BGP (Balai Guru Penggerak) Riau juga sangat berkontribusi dalam memajukan pendidikan di Riau. Implementasi Kurikulum Merdeka yang capaian tinggi di Riau tidak terlepas kerja sama semua stakeholder, ketika ada instruksi untuk bergerak. Kami semua bergerak secara serentak. Jadi rantainya tidak terputus,“ ujarnya.
 
Ya, Beni Saputra. Guru –juga kepala sekolah– yang tidak hebat, tetapi “hanya” dikelilingi sebaik-baiknya ekosistem pendidikan.
 
“Saya yakin Indonesia Emas akan terwujud karena sekarang Guru Penggerak sudah banyak. Kalau pemikiran dan mindset gurunya sudah sama sebagai pemimpin pembelajaran, kita yakin Indonesia berubah,” ujar Beni.
 
“Dan saya bilang hebatnya SDN 47 itu bukan karena saya, tapi kita semua. Ketika kita bergerak bersama, insyaAllah sesulit apa pun, seberat apa pun, kalau bersama kita pasti bisa,” tegasnya. (Karina / Editor: Denty)
 

Sumber :

 


Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 118 kali