Cerita Guru dari Bengkulu, Tegaskan Komitmen Kemendikbudristek Tuntaskan Persoalan Guru  20 Agustus 2024  ← Back


 
Bengkulu, Kemendikbudristek – Lulus dari salah satu universitas Islam di Kota Bengkulu, jurusan Pendidikan Agama Islam, Deka Irawan bertekad ingin mengabdikan dirinya sebagai seorang guru. Meski harus memulai kariernya sebagai guru honorer di sebuah SMP, pria berusia 28 tahun ini tetap semangat mengajar anak didiknya.
 
Deka mengaku, dirinya memilih profesi guru karena ia percaya bahwa mengabdi kepada negara sebagai pendidik adalah sebuah jalan mulia.  “Menjadi guru adalah profesi yang mulia dan bagian dari amal jariyah,” ungkapnya saat berdialog dengan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Nunuk Suryani, Kamis (15/8) di Kota Bengkulu.
 
Deka adalah satu dari sejumlah guru honorer di Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu yang diangkat sebagai Aparatur Sipil Negara Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak (ASN PPPK). Data Kemendikbudristek menunjukkan, sebanyak 6.027 guru honorer di Provinsi Bengkulu telah diangkat menjadi ASN PPPK pada periode 2021-2023. Jumlah ini termasuk 965 guru dari Kota Bengkulu.
 
Selama menjadi guru honorer, Deka mengaku harus tinggal di sekolah untuk menghemat biaya hidup. Sementara itu, untuk menambah penghasilan, ia sering membantu rekan sejawatnya dalam menyelesaikan tugas yang berkaitan dengan teknologi. Pengabdian Deka sebagai seorang guru honorer akhirnya terjawab ketika ia berhasil lulus dalam program pengangkatan ASN PPPK Prioritas III tahun 2022. “Alhamdulillah, sekarang gaji saya meningkat hingga Rp3.900.000, jauh lebih baik dari sebelumnya,” ujarnya dengan penuh syukur.
 
Program pengangkatan guru honorer ke ASN PPPK yang dilakukan pemerintah sejak tahun 2021 ini menjadi titik terang bagi banyak guru honorer di Indonesia. Hal ini juga mendapat dukungan kuat dari Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah. Dalam upayanya untuk meningkatkan kesejahteraan para guru, Gubernur Rohidin telah menempatkan lebih dari 500 guru yang diangkat melalui program ASN PPPK pada formasi tahun 2022/2023 di tempat tugas masing-masing. “Mereka bersyukur dan siap menjalankan tugas mereka dengan baik. Namun, masih ada sekitar 2.000 guru yang masih berstatus honorer dan berharap dapat diangkat menjadi PPPK,” ujarnya.
 
Gubernur Rohidin menegaskan, meski upaya pengangkatan guru honorer menjadi ASN PPPK telah berjalan, tantangan besar tetap ada, terutama terkait dengan kemampuan fiskal daerah. “Untuk mengangkat lebih dari 500 guru saja, anggaran yang dibutuhkan mencapai hampir 20 miliar rupiah per tahun. Kami harus berhitung cermat, karena belanja rutin pegawai kami sudah di atas 40 persen dari total APBD,” jelasnya.
 
Namun demikian, Gubernur Rohidin berkomitmen untuk terus memperjuangkan nasib guru honorer di Bengkulu. “Kami terus mencari formulasi agar secara bertahap, semua guru yang telah mengabdi ini bisa diangkat menjadi ASN PPPK. Jika ada dukungan dan alokasi anggaran dari pemerintah pusat, saya yakin kita bisa mempercepat proses ini,” tambahnya.
 
Program pengangkatan ASN PPPK, menurut Deka, sangatlah penting untuk diteruskan. “Masih banyak (guru honorer) yang belum diangkat. Harapan saya, mereka juga dapat merasakan perubahan yang sama seperti saya,” katanya. Dukungan pemerintah terhadap program ini sangat ia hargai. Ia pun mengucapkan terima kasih kepada Presiden Joko Widodo, Menteri Nadiem Makarim, Dirjen GTK, serta pemerintah daerah yang telah bekerja keras menyukseskan program tersebut.
 
Sebagai ASN PPPK, Deka memiliki impian besar untuk masa depan. Ia berharap suatu hari bisa menjadi kepala sekolah dan berkontribusi lebih banyak dalam memajukan pendidikan di Bengkulu. Kini, ia aktif dalam berbagai program Kemendikbudristek, termasuk di Bergema (Bergerak Bersama Penggerak Komunitas Belajar antar Guru) yang merupakan bagian dari BLPT (Balai Layanan Platform Teknologi), serta terlibat dalam komunitas belajar dan berbagi praktik baik.
 
Kisah Deka Irawan tidak hanya menjadi bukti dari dedikasi seorang guru honorer, tetapi juga menegaskan komitmen Kemendikbudristek dalam menuntaskan persoalan guru melalui program pengangkatan ASN PPPK. Dirjen GTK, Nunuk Suryani menyebut, program pengangkatan ASN PPPK merupakan salah satu langkah strategis untuk menjawab persoalan kesejahteraan guru honorer di seluruh Indonesia.
 
“Kami berkomitmen untuk memastikan bahwa para guru yang telah mengabdi selama bertahun-tahun, seperti Deka Irawan, mendapatkan kepastian status dan kesejahteraan yang layak. Ini adalah bagian dari upaya kami untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini,” ujar Nunuk.
 
Ia menambahkan bahwa sinergi antara pemerintah pusat dan daerah menjadi kunci suksesnya program ini. “Dukungan dari pemerintah daerah, seperti yang ditunjukkan oleh Gubernur Bengkulu, sangat penting dalam menyukseskan program ASN PPPK ini. Bersama-sama, kita bisa menuntaskan persoalan guru honorer dan membawa perubahan nyata bagi dunia pendidikan,” tutup Nunuk. (Ratih/Editor: Denty)
 

Sumber :

 


Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 1182 kali