Indonesia Bertutur 2024 di Pulau Peninsula Menghidupkan Warisan Budaya di Hari Kemerdekaan 19 Agustus 2024 ← Back
(Dari kiri ke kanan): Direktur Perfilman, Musik, dan Media, Ahmad Mahendra; Erwin Gutawa; Direktur Artistik Indonesia Bertutur 2024, Melati Suryodarmo; serta Direktur Festival Indonesia Bertutur 2024, Taba Sanchabakhtiar.
Nusa Dua, Bali, Kemendikbudristek – Mega Festival Indonesia Bertutur 2024 yang diselenggarakan di tiga lokasi utama di Bali, yakni Batubulan, Ubud, dan Nusa Dua sejak tanggal 7 Agustus 2024 telah mendekati penghujung rangkaian kegiatan. Tahun ini, Indonesia Bertutur berupaya untuk menggali dan melestarikan nilai-nilai budaya yang telah diwariskan kepada bangsa Indonesia dan menerjemahkannya ke dalam bentuk seni kontemporer yang lebih mudah dinikmati oleh masyarakat masa kini.
Direktur Artistik Indonesia Bertutur 2024, Melati Suryodarmo, menjelaskan bahwa arahan artistiknya berupaya menerjemahkan visi Indonesia Bertutur 2024 lewat program-program seni kontemporer dalam berbagai bidang. “Sebagai seniman saya selalu tertarik dengan tradisi dan sejarah budaya. Saya percaya bahwa untuk menjaga keberlangsungan budaya, kita harus mau kembali melihat ke sejarah dan tradisi masa lampau, agar kita dapat menggali dan mendapatkan pengetahuan serta inspirasi baru dalam melahirkan karya seni yang sesuai dengan realitas kehidupan saat ini. Metode-metode kreatif semacam ini yang akhirnya kami coba tuangkan di beragam seni kontemporer yang disajikan pada Indonesia Bertutur 2024”, jelasnya.
Pada kesempatan ini, Melati Suryodarmo kembali menekankan pentingnya eksplorasi proses kreatif untuk penterjemahan tema Subak yang begitu luas, menjadi dapat dipahami dan didalami oleh berbagai pihak dan kalangan. “Sekali lagi, Pulau Peninsula merupakan lokasi Indonesia Bertutur 2024 yang diharapkan dapat menjadi melting-pot, pertemuan berbagai kalangan dan golongan masyarakat, baik penggiat dan penikmat seni maupun masyarakat secara luas. Di Pulau Peninsula hari ini, kita sekaligus merayakan kemerdekaan kita dengan pemaknaan yang mendalam terhadap warisan budaya bangsa kita ini merupakan bekal penting untuk kita terus dapat berkembang dan berkarya di masa mendatang.”
Hadir dengan tema "Subak: Harmoni dengan Pencipta, Alam, dan Sesama," Mega Festival Indonesia Bertutur 2024 yang dihadirkan di Pulau Peninsula, Nusa Dua mengandung berbagai nilai dan pengetahuan berharga melalui kehadiran berbagai karya pertunjukan, eksibisi dan temu dialog, instalasi cahaya, video mapping, konser musik, pertunjukan tari, cine-concert, hingga opera tutur.
Direktur Festival Indonesia Bertutur 2024, Taba Sanchabakhtiar, mengemukakan, “Dalam kesenian selalu ada ruang untuk berkembang menjadi budaya baru. Pada Indonesia Bertutur 2024 ini kami berupaya untuk mengembangkan warisan budaya Indonesia dalam bermacam bentuk, melibatkan seniman dari berbagai kalangan dan generasi dengan harapan kegiatan ini dapat menjadi wadah para seniman untuk berinteraksi dengan pengunjung dan masyarakat umum, sehingga publik, khususnya generasi muda agar memantik semangat mereka untuk mendapatkan nilai-nilai baik dari warisan budaya yang kita miliki.”
Sejak dibuka pada tanggal 14 Agustus lalu, rangkaian acara Indonesia Bertutur di Pulau Peninsula, Nusa Dua menghadirkan tiga program utama yang dapat dinikmati masyarakat secara gratis hingga 18 Agustus, yakni Program Anarta, merupakan program seni pertunjukan yang mementaskan karya besar seniman Indonesia dan mancanegara dari ranah seni tari, teater, musik, dan bentuk seni pertunjukan kontemporer lain di atas panggung dengan tatanan artistik modern.
Lalu, Program Kiranamaya, merupakan program dengan karakter kontemporer yang khas, sebuah festival cahaya yang mencakup karya-karya visual baru seperti seni instalasi cahaya dan video mapping, dengan memanfaatkan teknologi terkini dalam bidang rekayasa cahaya dan ruang. Serta, Program Virama merupakan panggung pertunjukan musik populer dan merupakan kurasi dari kekayaan ragam musik ini di Nusantara dan sekitarnya. Di Indonesia Bertutur, Virama membawa kemeriahan bagi masyarakat luas, dilengkapi dengan bazar produk kuliner dan kerajinan tangan dalam negeri. Seniman dari berbagai bidang secara lintas generasi turut mewarnai panggung Virama menampilkan mulai dari Isyana Sarasvati, Barasuara, HarmoniA feat Rusmina Dewi, Soulfood, Milledenials, The Observatory, Emoni, Made Mawut, Jangar, Navicula, hingga Diskoria feat Afifah Yusuf.
Memasuki hari ke-11 dan tepat di Hari Peringatan HUT ke-79 Republik Indonesia, Direktur Perfilman, Musik, dan Media, Ahmad Mahendra, menyampaikan prioritas utama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI (Kemendikbudristek RI) untuk melahirkan talenta-talenta baru, khususnya di bidang seni dan budaya, regenerasi maestro dan seniman Nusantara.
“Komitmen kami adalah untuk menyasar minat anak muda, agar anak muda sekarang mau berkolaborasi dan menjadi generasi baru sebagai pelaku seni. Maka dari itu di rangkaian acara ini juga terdapat ragam temu seni dan lokakarya yang menjadi ruang untuk generasi muda melahirkan karya-karya baru. Upaya ini selain untuk menjaga pelestarian dan memelihara warisan budaya, tapi sekaligus untuk memperkuat ekosistem kebudayaan yang saat ini kita miliki.”
Mengalami Masa Lalu Melalui Konser Chrisye Live oleh Erwin Gutawa Untuk Bertumbuh di Masa Depan Hari ini (17/8), panggung Virama di Pulau Peninsula, Nusa Dua, menghadirkan tiga pertunjukan musik yang dinantikan yakni Emoni Bali, band kolaborasi pop-etnik Bali, Made Mawut musisi blues asal Bali yang dikenal dengan lagunya berjudul “100% Merdeka” dan Konser Chrisye Live by Erwin Gutawa.
Dengan menjalani proses pengumpulan dan penelaahan arsip hasil karya dan pertunjukan musik Chrisye terdahulu, serta menjahitnya kembali menjadi sebuah narasi baru yang disajikan dengan menggabungkan kecanggihan teknologi dan iringan musik secara langsung, konsep konser Chrisye Live diklaim sebagai salah satu yang paling inovatif di dunia. Erwin menyampaikan bahwa Chrisye merupakan seorang legenda dan tokoh musik Indonesia yang sudah membuat hampir seluruh masyarakat Indonesia lintas generasi jatuh hati dan merasa relevan dengan musik yang dihadirkan.
“Sedikit berbeda dengan beberapa konser Chrisye Live yang pernah disajikan sebelumnya, karena hari ini (17/8) bertepatan dengan Hari Peringatan Kemerdekaan RI yang ke-79 dan berlokasi di Bali, ada beberapa footage baru yang kami temukan dan belum pernah kami gunakan sebelumnya, yakni konser Chrisye di Bali, menyanyikan lagu Bali dan konser Chrisye yang memiliki pesan erat dengan kemerdekaan dan kecintaannya terhadap Indonesia,” tutup Mahendra.*** (Penulis: Tim Dit. PMM/Editor: Denty A.)
Sumber :
Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 882 kali
Editor :
Dilihat 882 kali