Praktik Baik Pendidikan Perubahan Iklim Di Satuan Pendidikan dan Pemerintah Daerah 29 Agustus 2024 ← Back
Jakarta, Kemendikbudristek — Dalam acara “Bergerak Bersama untuk Pendidikan Perubahan Iklim dalam Kurikulum Merdeka”, juga digelar diskusi panel yang membahas praktik baik Pendidikan Perubahan Iklim. Dalam diskusi tersebut menghadirkan tiga narasumber yang telah melakukan praktik baik Pendidikan Perubahan Iklim di sekolah maupun lingkungan sosial.
Suyanti Supardi, Pendiri dan Kepala Sekolah Alam Pacitan, memaparkan bahwa Pendidikan Perubahan Iklim yang dilakukannya berawal dari kondisi geografis Kota Pacitan dan perilaku membuang sampah sembarangan di kota tersebut. Suyanti bersama warga sekolah alam telah menyusun 18 program pembelajaran terkait lingkungan, yang dikembangkan dan dikemas secara menyenangkan.
“Program pembelajaran yang menyenangkan dapat membuat pendidikan perubahan menjadi menarik dan diharapkan mampu menumbuhkan minat anak murid,” ungkap Suyanti dalam Diskusi Panel giat Bergerak Bersama untuk Pendidikan Perubahan Iklim dalam Kurikulum Merdeka, di Plaza Insan Berprestasi, Gedung A Kemendikbudristek, Selasa (27/8).
Suyanti menambahkan, salah satu program yang dilakukan adalah Pembiasaan Pagi, dimana para murid melakukan presentasi pagi tentang lingkungan, presentasi mengenai penyelamatan lingkungan, melakukan pembiasaan hemat energi, dan aktivitas Sejenak Memungut (Semut).
“Gerakan ini berangkat dari adanya kesadaran, selain itu langkah persuasif juga harus dilakukan ke berbagai pihak dengan memberikan contoh perilaku yang telah dilakukan. Gerakan ini tidak bisa dilakukan sendirian, harus ada dukungan dari keluarga, warga sekitar, dan pihak-pihak lain yang terkait yang juga bisa memberikan kontribusi besar dalam mengintegrasikan pendidikan perubahan iklim,” tutur Suyanti.
Suyanti berharap dengan Panduan Pendidikan Perubahan Iklim dan praktik baik yang sudah dilakukannya mampu menginspirasi banyak pihak, khususnya di Pacitan dan membuat warga satuan pendidikan dan lingkungan sosial di Pacitan menjadi jauh lebih baik.
“Mari sukseskan Pendidikan Perubahan Iklim dengan memulai dari diri sendiri yang memberikan contoh, menghasilkan sesuatu yang berdampak positif, dan terus menginspirasi,” pungkasnya.
Selain itu, praktik baik lainnya turut dipaparkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumba Barat, Lobu Ori. Dalam paparannya, ia bercerita tentang latar belakang dari Pendidikan Perubahan Iklim yang dilakukannya. Kondisi cuaca ekstrem di tempatnya membuat warga banyak yang gagal panen dan berdampak kekurangan gizi murid, bahkan beberapa diantaranya pingsan di sekolah karena tidak makan sebelum bersekolah.
“Kami membuat program bernama Green School, dimana para siswa wajib menanam satu pohon, sehingga membuat sekolah menjadi rindang dan nyaman untuk belajar. Kemudian, ketika panen, semua murid bisa makan bersama di sekolah, dengan begitu program ini juga menjadi upaya dalam menambah asupan gizi di sekolah,” ungkap Ori.
Ori menuturkan, Green School juga turut menanamkan jiwa menanam sejak dini kepada siswa, dan tanaman yang ditanam wajib organik tanpa pupuk kimia. Menurutnya, Pendidikan Perubahan Iklim sangat relevan dalam menjawab berbagai tantangan yang dihadapi di Kabupaten Sumba Barat.
“Dalam konteks Kurikulum Merdeka, para siswa juga belajar tentang literasi dan numerasi. Contohnya, ketika mereka menulis nama pohon. Mereka belajar menulis nama pohon dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa daerah, bahkan bahasa Latin. Tapi yang terpenting, murid juga lebih senang dan bahagia ketika mereka datang belajar ke sekolah. Kami sangat bersemangat melakukan hal ini dan kami harap pemerintah bisa terus membantu, mendukung, dan mengapresiasi kami dalam bentuk apa pun,” jelasnya.
Dalam praktiknya, Ori mengungkapkan bahwa tidak mudah untuk dapat menerapkan Pendidikan Perubahan Iklim di daerahnya. Dengan segala keterbatasan. menurut Ori kemitraan yang dilakukan daerahnya terus mendorong beragam perjuangan dalam menanggulangi tantangan di daerahnya.
“Dengan praktik baik yang sudah kami lakukan di Kabupaten Sumba Barat, semoga semakin banyak pihak yang dapat membantu menyukseskan dan membuat daerah kami siap menghadapi tantangan iklim kedepannya,” pungkas Ori.
Senada dengan Suyanti dan Lobu Ori, Siti Kamila, guru SMP Negeri 3 Putik, Kabupaten Kepulauan Anambas, juga turut menyampaikan praktik baik yang dilakukannya di sekolah. Pada kesempatan tersebut, ia memaparkan latar belakang dari inisiasi penerapan pembelajaran yang dilakukan didasari oleh kondisi lingkungan dan pengaruh iklim di Kepulauan Anambas. Berangkat dari kondisi tersebut, Siti yang merupakaj seorang guru merasa pembelajaran yang dilakukan haruslah menciptakan solusi dari keterbatasan yang ada, sehingga mampu meningkatkan kemampuan anak murid.
“Biasanya orang melihat sekolah kami sudah cantik dan rapi, kemudian merasa hal tersebut bisa terjadi karena harus beli banyak hal baru. Padahal, sekolah kami bisa cantik dan rapi karena pintar memanfaatkan sumber daya yang ada,” imbuh Siti.
Siti menjelaskan, berkaitan dengan konteks Kurikulum Merdeka, di sekolahnya telah melakukan Projek Penguatan Pelajar Profil Pancasila (P5) dengan konsep ketahanan pangan. Selain itu, praktik baik yang telah dilakukannya menjadi efektif dan efisien karena menggunakan media yang ada di lingkungan sekolah.
“Dengan penerapan pembelajaran dan biaya yang murah, kami terus memanfaatkan apa saja yang ada di lingkungan sekolah. Puji syukur, para murid merespon baik karena mereka merasa bahagia dengan metode pembelajaran ini dengan praktik langsung di lapangan,” tutup Siti. (Penulis: Destian, Editor: Denty)
Sumber :
Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 1113 kali
Editor :
Dilihat 1113 kali