Progres Revitalisasi KCBN Muarajambi Terus Utamakan Pelindungan Alam dan Lingkungan 01 Agustus 2024 ← Back
Muaro Jambi, Kemendikbudristek – Revitalisasi yang sedang berlangsung di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi menunjukkan komitmen yang kuat terhadap pelindungan alam dan lingkungan. Dalam upaya memastikan proses revitalisasi ini tidak hanya memperhatikan aspek sejarah dan budaya, tetapi juga melestarikan ekosistem yang ada, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah mengambil langkah-langkah signifikan dengan mengedepankan perlindungan lingkungan.
Langkah ini merupakan tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan budaya serta kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia. Dalam upaya tersebut, pelestarian KCBN Muarajambi tidak hanya berfokus pada cagar budaya, tetapi juga pada pelindungan alam dan lingkungan.
Beberapa upaya yang dilakukan antara lain melibatkan ahli botani untuk melakukan penelitian menyeluruh terhadap tanaman dan pohon yang terdapat di kawasan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi spesies tanaman yang ada, memastikan keberagaman flora terjaga, dan menghindari penebangan pohon yang dapat merusak keseimbangan ekosistem.
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V Jambi, Agus Widiatmoko mengatakan, “Kami memahami bahwa revitalisasi KCBN Muarajambi tidak hanya tentang melestarikan warisan budaya, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan hidup. Oleh karena itu, kami memastikan bahwa proses revitalisasi dilakukan dengan sangat hati-hati dan mempertimbangkan dampaknya terhadap alam, termasuk melakukan ekskavasi secara manual dengan tangan manusia.”
Menurutnya, hal ini akan menghindari rusaknya lapisan tanah, akar pohon dan temuan-temuan penting yang ada di dalam tanah kawasan tersebut.
Saat ini, ada dua candi yang sedang menjalani tahap pemugaran yakni Candi Kotomahligai dan Candi Parit Duku. Sementara itu, penelitian pemugaran dilakukan di dua candi lainnya yakni Candi Sialang dan Menapo Alun-alun. 11 candi utama lainnya seperti Candi Kedaton, dan Candi Astano telah selesai dilakukan pemugaran.
Agus melanjutkan, pihaknya menargetkan proses revitalisasi akan selesai pada Oktober mendatang. Adapun revitalisasi ini mencakup berbagai kegiatan, mulai dari ekskavasi situs-situs arkeologi hingga pemeliharaan bangunan bersejarah. Tim arkeolog dan tenaga ahli telah berhasil mengungkap berbagai artefak penting yang menambah nilai sejarah kawasan ini. Selain itu, upaya konservasi terus dilakukan untuk memastikan keaslian dan kelestarian situs-situs tersebut.
Salah satu aspek penting dalam revitalisasi ini adalah normalisasi dan revitalisasi kanal-kanal kuno yang ada di wilayah Muarajambi. Kanal-kanal ini dulunya memiliki peran penting dalam sistem irigasi, penampung air, pengendali banjir hingga transportasi masyarakat setempat. Uniknya, penggalian dilakukan secara manual menggunakan tenaga manusia untuk tetap mempertahankan layer-layer budaya. Dengan upaya restorasi yang dilakukan, diharapkan fungsi dan kondisi kanal-kanal tersebut dapat kembali seperti semula, memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.
"Revitalisasi kanal-kanal kuno di Muarajambi merupakan langkah strategis dalam menjaga warisan budaya sekaligus memperbaiki ekosistem lingkungan wilayah ini. Kami berharap, dengan normalisasi kanal, kita tidak hanya melestarikan sejarah, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar serta keberlanjutan lingkungannya,” terang Agus.
Keunikan Gastronomi di Wilayah Muarajambi
Selain nilai sejarahnya, pangan di wilayah sekitar KCBN Muarajambi ternyata menyimpan berjuta potensi. Memiliki keanekaragaman hayati pangan dari bentang alam lahan basah, warisan gastronomi di daerah sekitar Candi yang berusia lebih dari 1.300 tahun tersebut begitu besar. Pelestarian makanan lokal diharapkan mampu memelihara warisan budaya sekaligus menawarkan pengalaman menarik bagi para pengunjung. Aneka kuliner tradisional di sekitar candi ini dikemas menjadi satu dalam Pasar Dusun Karet (PADUKA) sehingga pengunjung dapat menjelajahi berbagai kuliner khas Jambi.
Menariknya, wisata kuliner di PADUKA mengusung konsep ramah lingkungan dengan wadah yang digunakan sebagai pembungkus makanan berasal dari bahan alami, seperti daun pisang dan bambu serta tidak menggunakan bahan plastik. Hal ini tentu membawa pengalaman menarik bagi pengunjung saat menyambangi kawasan ini.
Keberadaan Pasar Paduka merupakan bentuk pemberdayaan masyarakat. Pasar ini bukan hanya usaha kuliner semata, tetapi kini menjadi destinasi sendiri. Dengan adanya pelatihan kepada pelaku usaha di Pasar Paduka, masyarakat diberikan edukasi mengenai dunia usaha sehingga tidak hanya meningkatkan perekonomian, tetapi juga mampu mengangkat aspek kearifan lokal.
Salah satu anggota PADUKA mengatakan pihaknya merasakan langsung revitalisasi KCBN Muarajambi yang dilakukan pemerintah. "Saya merasakan langsung dampak positif dari revitalisasi KCBN Muarajambi yang dilakukan oleh pemerintah. Langkah ini tidak hanya melindungi warisan budaya dan lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal. Melalui Pasar Dusun Karet, kami dapat memperkenalkan kuliner tradisional Jambi dengan cara yang ramah lingkungan, dan ini sangat diapresiasi oleh para pengunjung,” ujar Nurul Nazifah, anggota Paduka.
Proses Candi Koto Mahligai, KCBN Muarajambi, 31 Juli 2024.
Alur Parit Buluh di utara Candi Kedaton
Identifikasi tanaman dalam proses revitalisasi KCBN Muarajambi
Sumber :
Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 672 kali
Editor :
Dilihat 672 kali