Tujuh Festival Kenduri Swarnabhumi 2024 Libatkan Generasi Muda Peduli Lingkungan DAS Batanghari 18 September 2024 ← Back
Jakarta, Kemendikbudristek – Kenduri Swarnabhumi 2024 telah sukses menggelar tujuh dari total 12 festival yang berlangsung di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari, Provinsi Jambi. Selain merayakan keberagaman budaya lokal, rangkaian festival ini secara aktif mengangkat isu-isu sosial dan lingkungan, khususnya yang terkait dengan pelestarian air melalui tradisi-tradisi unik seperti bekarang, mandi aek, dan lubuk larangan. Semua kegiatan tersebut melibatkan generasi muda, mengajarkan mereka pentingnya menjaga warisan alam dan budaya yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.
Kenduri Swarnabhumi, yang diprakarsai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, telah menghidupkan kembali berbagai kearifan lokal yang berhubungan erat dengan perairan di sepanjang DAS Batanghari. Tradisi seperti bekarang di lubuk larangan menekankan pentingnya gotong royong dan tanggung jawab bersama dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Festival yang sudah dilaksanakan mencakup Festival Suku Batin IX di Kabupaten Batanghari, Festival Biduk Gedang Selang Beangkut di Kabupaten Merangin, Festival Keris Siginjai di Kota Jambi, Festival Payung Api di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Festival Sidang Balai Panjang Tanah Priuk di Kabupaten Bungo, Festival Lopak Sepang di Kabupaten Muaro Jambi, dan Festival Bumi Seentak Galah Serengkuh Dayung Jilid III di Kabupaten Tebo.
Menjaga Tradisi Air dan Lingkungan Lewat Festival
Salah satu festival yang menonjol dalam rangkaian ini adalah Festival Bekarang Lopak Sepang di Desa Tebat Patah, yang diselenggarakan pada 24-25 Agustus 2024. Tradisi bekarang, yang dilakukan di lubuk larangan, mengajak masyarakat untuk memanen ikan secara bersama-sama hanya sekali dalam setahun.
Tradisi ini tidak hanya memperkuat kebersamaan, tetapi juga mengingatkan masyarakat pentingnya menjaga keseimbangan alam, terutama dalam melestarikan ekosistem perairan. Generasi muda yang terlibat dalam acara ini diajarkan bagaimana nilai-nilai lingkungan dapat dipertahankan melalui tradisi lokal.
Rajo Kamal, tokoh adat dari Tebat Patah, mengatakan bahwa tradisi bekarang mengingatkan untuk selalu menjaga hubungan baik dengan lingkungan. “Generasi muda harus memahami bahwa menjaga alam adalah bentuk kasih sayang kepada sesama makhluk hidup,” tuturnya.
Selain itu, Festival Sidang Balai Panjang Tanah Priuk yang digelar pada 20 Agustus 2024 di Kabupaten Bungo menampilkan tradisi peradilan adat yang sudah ada sejak lama. Dalam festival ini, Rumah Balai Panjang yang berbentuk seperti perahu melambangkan betapa eratnya hubungan masyarakat dengan air dan lingkungan perairan di sekitar mereka.
Menurut Ja’far, kurator lokal, rumah ini bukan sekadar tempat tinggal, melainkan pusat persidangan adat yang mengatur norma dan hukum adat. “Bentuk perahu dari bangunan ini adalah simbol bahwa kehidupan masyarakat sangat bergantung pada air sebagai sumber penghidupan,” jelasnya.
Pelibatan Generasi Muda untuk Pelestarian Budaya dan Lingkungan
Dalam setiap festival, Kenduri Swarnabhumi 2024 menekankan pentingnya pelibatan generasi muda. Dengan menghadirkan mereka dalam berbagai kegiatan tradisi, seperti mandi aek dan lubuk larangan, para pemuda didorong untuk lebih memahami dan menghargai pentingnya sungai sebagai sumber kehidupan. Selain itu, keterlibatan mereka menjadi kunci dalam menjaga kesinambungan tradisi yang mulai terancam hilang di tengah perkembangan zaman.
Direktur Perfilman, Musik, dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra, menekankan bahwa Kenduri Swarnabhumi adalah momen penting untuk membangkitkan kesadaran masyarakat akan sejarah peradaban Sungai Batanghari, yang tidak hanya kaya akan budaya, tetapi juga vital bagi kelangsungan ekosistem.
“Tradisi-tradisi seperti bekarang dan mandi aek yang dilestarikan melalui festival-festival ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga hubungan harmonis antara manusia dan lingkungan. Melalui Kenduri Swarnabhumi, generasi muda dikenalkan dengan nilai-nilai tersebut sehingga budaya dan alam dapat dilestarikan untuk masa depan,” ujar Mahendra.
Festival-Festival Mendatang: Menjaga Warisan dan Memperkuat Komunitas
Rangkaian Kenduri Swarnabhumi 2024 masih akan berlanjut dengan lima festival lainnya yang juga penuh dengan nilai budaya dan lingkungan. Festival-festival yang akan datang, seperti Festival Baswara Nugara Jambi dan Festival Biduk Sayak di Kabupaten Sarolangun, diharapkan dapat memperkuat semangat pelestarian sungai dan lingkungan.
Dengan narasi kuat yang menghubungkan kebudayaan dan pelestarian lingkungan, Kenduri Swarnabhumi 2024 tidak hanya menjadi perayaan tradisi, tetapi juga sebuah gerakan yang mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga DAS Batanghari sebagai urat nadi kehidupan masyarakat di sepanjang aliran sungainya.
Festival-festival ini juga menekankan pentingnya kemandirian komunitas lokal dalam merawat kearifan lokal mereka. Setiap acara diselenggarakan dengan melibatkan Direktur Festival dan Kurator Lokal, didukung penuh oleh Kemendikbudristek, untuk memastikan nilai-nilai budaya dan lingkungan tetap hidup di tengah masyarakat.
Kenduri Swarnabhumi 2024 diharapkan menjadi momentum penting untuk membangkitkan kembali semangat pelestarian budaya dan lingkungan, khususnya dalam menjaga kelestarian Sungai Batanghari sebagai warisan tak ternilai bagi generasi mendatang.*** (Penulis: Tim Ditjen Kebudayaan/Editor: Rayhan, Denty A.)
Kenduri Swarnabhumi, yang diprakarsai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, telah menghidupkan kembali berbagai kearifan lokal yang berhubungan erat dengan perairan di sepanjang DAS Batanghari. Tradisi seperti bekarang di lubuk larangan menekankan pentingnya gotong royong dan tanggung jawab bersama dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Festival yang sudah dilaksanakan mencakup Festival Suku Batin IX di Kabupaten Batanghari, Festival Biduk Gedang Selang Beangkut di Kabupaten Merangin, Festival Keris Siginjai di Kota Jambi, Festival Payung Api di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Festival Sidang Balai Panjang Tanah Priuk di Kabupaten Bungo, Festival Lopak Sepang di Kabupaten Muaro Jambi, dan Festival Bumi Seentak Galah Serengkuh Dayung Jilid III di Kabupaten Tebo.
Menjaga Tradisi Air dan Lingkungan Lewat Festival
Salah satu festival yang menonjol dalam rangkaian ini adalah Festival Bekarang Lopak Sepang di Desa Tebat Patah, yang diselenggarakan pada 24-25 Agustus 2024. Tradisi bekarang, yang dilakukan di lubuk larangan, mengajak masyarakat untuk memanen ikan secara bersama-sama hanya sekali dalam setahun.
Tradisi ini tidak hanya memperkuat kebersamaan, tetapi juga mengingatkan masyarakat pentingnya menjaga keseimbangan alam, terutama dalam melestarikan ekosistem perairan. Generasi muda yang terlibat dalam acara ini diajarkan bagaimana nilai-nilai lingkungan dapat dipertahankan melalui tradisi lokal.
Rajo Kamal, tokoh adat dari Tebat Patah, mengatakan bahwa tradisi bekarang mengingatkan untuk selalu menjaga hubungan baik dengan lingkungan. “Generasi muda harus memahami bahwa menjaga alam adalah bentuk kasih sayang kepada sesama makhluk hidup,” tuturnya.
Selain itu, Festival Sidang Balai Panjang Tanah Priuk yang digelar pada 20 Agustus 2024 di Kabupaten Bungo menampilkan tradisi peradilan adat yang sudah ada sejak lama. Dalam festival ini, Rumah Balai Panjang yang berbentuk seperti perahu melambangkan betapa eratnya hubungan masyarakat dengan air dan lingkungan perairan di sekitar mereka.
Menurut Ja’far, kurator lokal, rumah ini bukan sekadar tempat tinggal, melainkan pusat persidangan adat yang mengatur norma dan hukum adat. “Bentuk perahu dari bangunan ini adalah simbol bahwa kehidupan masyarakat sangat bergantung pada air sebagai sumber penghidupan,” jelasnya.
Pelibatan Generasi Muda untuk Pelestarian Budaya dan Lingkungan
Dalam setiap festival, Kenduri Swarnabhumi 2024 menekankan pentingnya pelibatan generasi muda. Dengan menghadirkan mereka dalam berbagai kegiatan tradisi, seperti mandi aek dan lubuk larangan, para pemuda didorong untuk lebih memahami dan menghargai pentingnya sungai sebagai sumber kehidupan. Selain itu, keterlibatan mereka menjadi kunci dalam menjaga kesinambungan tradisi yang mulai terancam hilang di tengah perkembangan zaman.
Direktur Perfilman, Musik, dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra, menekankan bahwa Kenduri Swarnabhumi adalah momen penting untuk membangkitkan kesadaran masyarakat akan sejarah peradaban Sungai Batanghari, yang tidak hanya kaya akan budaya, tetapi juga vital bagi kelangsungan ekosistem.
“Tradisi-tradisi seperti bekarang dan mandi aek yang dilestarikan melalui festival-festival ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga hubungan harmonis antara manusia dan lingkungan. Melalui Kenduri Swarnabhumi, generasi muda dikenalkan dengan nilai-nilai tersebut sehingga budaya dan alam dapat dilestarikan untuk masa depan,” ujar Mahendra.
Festival-Festival Mendatang: Menjaga Warisan dan Memperkuat Komunitas
Rangkaian Kenduri Swarnabhumi 2024 masih akan berlanjut dengan lima festival lainnya yang juga penuh dengan nilai budaya dan lingkungan. Festival-festival yang akan datang, seperti Festival Baswara Nugara Jambi dan Festival Biduk Sayak di Kabupaten Sarolangun, diharapkan dapat memperkuat semangat pelestarian sungai dan lingkungan.
Dengan narasi kuat yang menghubungkan kebudayaan dan pelestarian lingkungan, Kenduri Swarnabhumi 2024 tidak hanya menjadi perayaan tradisi, tetapi juga sebuah gerakan yang mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga DAS Batanghari sebagai urat nadi kehidupan masyarakat di sepanjang aliran sungainya.
Festival-festival ini juga menekankan pentingnya kemandirian komunitas lokal dalam merawat kearifan lokal mereka. Setiap acara diselenggarakan dengan melibatkan Direktur Festival dan Kurator Lokal, didukung penuh oleh Kemendikbudristek, untuk memastikan nilai-nilai budaya dan lingkungan tetap hidup di tengah masyarakat.
Kenduri Swarnabhumi 2024 diharapkan menjadi momentum penting untuk membangkitkan kembali semangat pelestarian budaya dan lingkungan, khususnya dalam menjaga kelestarian Sungai Batanghari sebagai warisan tak ternilai bagi generasi mendatang.*** (Penulis: Tim Ditjen Kebudayaan/Editor: Rayhan, Denty A.)
Sumber :
Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 1136 kali
Editor :
Dilihat 1136 kali