Delegasi GELP Terkesan dengan Kurikulum Merdeka, Teknologi Pembelajaran, dan Pembentukan Karakter 17 Oktober 2024 ← Back
Jakarta, Kemendikbudristek – Sebanyak 53 anggota Global Education Leaders Partnership (GELP) yang berasal dari 20 negara terkesan melihat kegiatan belajar mengajar (KBM) dan proses transformasi pendidikan di Indonesia melalui Implementasi Kurikulum Merdeka. Para delegasi tersebut melakukan kunjungan ke satuan pendidikan Sekolah Dasar 01 Pulo Jakarta Selatan dan SMP Negeri 240 Jakarta Selatan, Selasa (15/10).
Rombongan delegasi GELP tiba di SMP Negerj 20 Jakarta Selatan. Sebanyak 27 orang peserta yang datang disambut dengan kalungan selendang kain batik Betawi chok” warna-warni, yang diiringi penampilan tari Japong oleh 14 orang siswi secara gemulai.
Selanjutnya, rombongan dibagi dalam empat kelompok untuk masuk ke dalam kelas sesuai dengan warna selendang mereka. Kelompok biru masuk ke ruang kelas di mana siswa tengah belajar bahasa Inggris dengan memanfaatkan teknologi Google Workspace, yang membuat siswa lebih interaktif. Sementara itu, kelompok hijau mau ke ruang kelas di mana siswa tengah bermain ular tangga menggunakan dadu dan boneka yang membuat delegasi GELP terpesona dan ikut bermain bersama.
Kelompok selendang merah bertemu dengan siswa yang tengah belajar matematika seperti menghitung volume kurus, luas kotak, dan jajaran genjang dengan mengunakan potongan karton. Sejumlah peserta mengaku ide permainan matematika seperti itu baru mereka lihat dan membuat belajar matematika menjadi lebih menyenangkan.
Kepala SMP Negeri 240, Budiyana, menjelaskan bahwa di sekolahnya terdapat 20 rombongan belajar dengan total siswa mencapai 756 anak, serta jumlah pendidik dan tenaga kependidikan sebanyak 83 orang.
“Saya telah menjadi guru lebih dari 30 tahun, dan ini tahun ke-4 saya menjadi Kepala Sekolah. Di tahun awal penerapan Kurikulum Merdeka, sekolah kami hampir sama dengan sekolah lain yang mengalami tantangan. Namun berkat bimbingan Kemendikbudristek dan Dinas Pendidikan, kini banyak perubahan baik yang terjadi di lingkungan sekolah,” ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Budiyana juga menjelaskan kepada para delegasi tentang Implementasi Kurikulum Merdeka yang berupaya untuk memulihkan pembelajaran demi mewujudkan transformasi pendidikan di Indonesia ke arah yang lebih baik. Pada Kurikulum Merdeka, guru dapat mengenali potensi murid lebih dalam guna menciptakan pembelajaran yang relevan. Kurikulum Merdeka juga memungkinkan guru untuk menerapkan pembelajaran yang menyenangkan melalui pembelajaran berbasis proyek.
“Dampak positif yang dirasakan oleh siswa antara lain perubahan pada pembelajaran. Dalam Kurikulum Merdeka, siswa diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan minat belajarnya, hal ini bertujuan untuk membentuk siswa dengan jiwa kompetensi dan karakter yang baik,” jelas Budiyana.
Sementara itu, Ketua OSIS SMPN 240 Jakarta Selatan, Andi Atmowijoyo, mengungkapkan perubahan yang paling dirasakan dalam melaksanakan Kurikulum Merdeka, yaitu siswa menjadi lebih berani untuk membuka diri dan menampilkan minat mereka untuk belajar sesuatu yang sesuai dengan dirinya.
“Proses pembelajaran di Kurikulum Merdeka ditujukan untuk mewujudkan pembelajaran siswa yang holistik dan kontekstual. Sehingga pembelajaran semakin bermanfaat dan bermakna bagi siswa, bukan hanya sekadar menghafal materi saja,” ujar Andi.
Komitmen pemerintah Indonesia untuk menghadirkan transformasi pendidikan dengan meningkatkan kualitas layanan pendidikan dan pengajaran nasional melalui Merdeka Belajar menjadi penggerak utama yang relevan dalam ekosistem pendidikan nasional. Upaya transformasi pendidikan yang komprehensif menjadi perhatian anggota GELP yang melakukan kunjungan ke SMP Negeri 240 Jakarta Selatan.
Dalam kunjungan tersebut, para delegasi berfokus pada inovasi kurikulum, pemberdayaan guru, dan penerapan teknologi di kelas. “Kami terkesan bagaimana dinas pendidikan dan pemerintah pusat berupaya memastikan setiap anak memiliki akses ke pendidikan berkualitas, guna menciptakan lompatan besar dalam pendidikan Indonesia,” ujar Anthony Mackay dari GELP.
Sementara itu, Vicki Philips dari Australia menjelaskan kekagumannya bahwa Merdeka Belajar, sebagai paradigma pembelajaran yang berorientasi pada murid, menjadi sebuah cara yang tepat dalam melihat esensi transformasi pendidikan. “Melalui program ini, sekolah dan guru dapat benar-benar fokus menjalankan tugasnya, yaitu mendorong pembelajaran di kelas sesuai tingkat kompetensi siswa,” paparnya.
Delegasi dari New Zealand, Nifal Alawadeen, menambahkan bahwa GELP sebagai sebuah organisasi pendidikan senantiasa merayakan pembelajaran, karena dalam menghadapi berbagai tantangan global, penting untuk menciptakan sistem pembelajaran yang berpusat pada manusia, membangun kapasitas individu dan kolektif untuk menjadi pemecah masalah yang kompleks dan pengambil keputusan yang etis, serta menjadi warga lokal dan global yang bertanggung jawab. “Tujuan pembelajaran, apa, bagaimana, di mana, dan dengan siapa kita belajar merupakan dialog internasional yang dominan,” katanya.
Hal tersebut, menurut Nifal, dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan, pemikiran dan tindakan ekosistem, bentuk penilaian dan kredensial baru, serta indikator keberhasilan yang baru. Ini adalah dialog yang menghasilkan prinsip-prinsip desain baru untuk sistem pembelajaran masa depan. Merayakan pembelajaran membantu para pendidik, profesional terkait, dan pemangku kepentingan utama untuk menggabungkan kekuatan guna mendorong agenda pembelajaran demi masa depan yang lebih baik. (Tim Ditjen PDM / Editor: Stephanie)
Sumber :
Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 1819 kali
Editor :
Dilihat 1819 kali