GELP 2024 di Jakarta: Soroti Terobosan Transformasi Pendidikan Indonesia melalui Kurikulum Merdeka  18 Oktober 2024  ← Back



Jakarta, Kemendikbudristek –
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim menyambut baik kehadiran 53 pemimpin pendidikan dari 24 negara kawasan Asia Pasifik dan sejumlah negara maju lain yang tergabung dalam Global Education Leaders’ Partnership (GELP) di Jakarta. Para pemimpin pendidikan tersebut menghadiri pertemuan yang berlangsung pada 14 s.d. 16 Oktober 2024. Mereka juga mendatangi beberapa satuan pendidikan di Jakarta untuk melihat langsung transformasi sistem pendidikan yang dilakukan di Indonesia.
 
Mendikbudristek dalam sambutannya menjelaskan beberapa terobosan besar yang telah dilakukan melalui gerakan Merdeka Belajar. Salah satunya adalah mengganti ujian berbasis mata pelajaran dengan Asesmen Nasional (AN) yang lebih menekankan pada proses pengembangan kemampuan literasi dan numerasi serta kemampuan berpikir kritis murid. Di samping itu, AN juga menggarisbawahi komitmen satuan pendidikan untuk menjadi lingkungan belajar yang bebas dari perundungan, intoleransi, dan kekerasan seksual.
 
Terobosan lain adalah menghadirkan Kurikulum Merdeka yang dapat diimplementasikan oleh satuan pendidikan secara sukarela. Jika sebelumnya diperlukan lima sampai tujuh tahun untuk menerapkan kurikulum baru, penerapan Kurikulum Merdeka dilakukan dengan cara yang berbeda, yakni menawarkannya kepada sekolah untuk diterapkan sesuai kebutuhan. “Dalam satu setengah tahun saja, delapan puluh persen dari total keseluruhan satuan pendidikan di Indonesia mendaftarkan diri untuk menerapkan Kurikulum Merdeka,” jelas Nadiem.
 
Kurikulum Merdeka mengurangi konten pembelajaran sebanyak 30 s.d. 40 persen guna menekankan pembelajaran yang mendalam serta memberikan keleluasaan bagi guru until mengatur ritme dan proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan murid.
 
Selanjutnya, Kemendikbudristek juga menghadirkan terobosan dan transformasi terkait mekanisme penerimaan mahasiswa baru untuk jenjang perguruan tinggi. Perubahan dari tes berbasis mata pelajaran menjadi tes bakat telah mengubah pembelajaran di jenjang menengah menjadi lebih holistik. “Kami menghapus tes berbasis mata pelajaran untuk penerimaan mahasiswa dan mengaitkannya dengan pembelajaran di jenjang sekolah,” terang Nadiem.
 
Mendikbudristek menambahkan, penerapan teknologi digital yang selama ini sudah dilakukan, ke depannya diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mendukung dan membantu guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, termasuk pemanfaatan secara berkelanjutan dalam akselerasi transformasi sistem pendidikan. Ia juga mengharapkan platform-platform yang dirancang Kemendikbudristek, meliputi Rapor Pendidikan, ARKAS, SIPLah, dan Merdeka Mengajar, dapat terus dimaksimalkan untuk mendorong perubahan yang masif dalam meningkatkan kualitas pengelolaan satuan pendidikan.
 
"Memberikan keleluasaan kepada guru untuk berkarya dan menghadirkan kemerdekaan kepada murid untuk belajar adalah kunci dari keberhasilan transformasi pendidikan," ujar Nadiem.
 
Menteri Nadiem mengatakan, Kemendikbudristek berkomitmen meningkatkan kompetensi literasi dan numerasi murid melalui intervensi spesifik dan tepat sasaran. Janji tersebut, sambungnya, diupayakan dengan dua langkah utama. Pertama, melalui program Kampus Mengajar yang sudah lebih dari 90 ribu mahasiswa turut serta menjadi rekan guru dalam meningkatkan kemampuan fondasi murid di jenjang SD dan SMP.
 
Intervensi kedua dilakukan dengan mengirimkan 15 juta eksemplar buku bacaan ke PAUD dan SD dengan nilai literasi rendah berdasarkan hasil AN. "Sungguh suatu kebahagiaan melihat sekolah-sekolah di daerah 3T saat ini sudah memiliki perpustakaan dan murid-muridnya bersemangat untuk membaca," jelas Mendikbudristek.
 
Pada kesempatan yang sama, Co-Founder Global Education Leaders’ Partnership, Anthony Mackay, dalam mengungkapkan rasa terima kasih kepada Indonesia karena bersedia menjadi tuan rumah pertemuan GELP 2024. “Kami sangat terkesan dengan pelaksanaan proses transformasi pendidikan yang terjadi di Indonesia. Kami telah melihat bagaimana Implementasi Kurikulum Merdeka dilakukan di sekolah dan perubahannya dijelaskan dengan baik oleh kepala sekolah, guru dan murid,” katanya.
 
“Kemitraan Pemimpin Pendidikan Global (GELP) merupakan jaringan global para pemimpin sistem pendidikan, lembaga, dan organisasi pengembangan kapasitas yang mengembangkan dan menerapkan inovasi dan transformasi pendidikan untuk memenuhi tantangan dalam mempersiapkan setiap murid,” lanjut Anthony.
 
Disampaikan Anthony, GELP memiliki pengaruh internasional melalui penelitian, kepemimpinan pemikiran, pertemuan dan konsultasi di lapangan. “GELP Jakarta 2024 berhasil menjadi katalisator dan mempertemukan para pemimpin pendidikan dari seluruh Asia Pasifik dengan kolega internasional mereka untuk berbagi kemajuan dan memperdalam pemahaman tentang transformasi pendidikan dan mengeksplorasi bagaimana upaya ini selaras dengan tren dan tantangan global,” ujar Anthony.
 
Tantangan Pendidikan Masa Depan
 
Dalam expert meeting GELP 2024 di Jakarta, Direktur Eksekutif untuk Kebijakan, Strategi dan Dampak, sekaligus Wakil Rektor Royal Melbourne Institute of Technology, Tom Bentley, menjelaskan bahwa satu dekade lalu, diskusi tentang transformasi pendidikan difokuskan pada rencana jangka panjang untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi masa depan yang berbeda dari saat ini.
 
Bentley mengatakan, transformasi yang dilakukan Kemendikbudristek melalui Kurikulum Merdeka adalah modal besar pendidikan di Indonesia untuk menghadapi masa depan. “Cakrawala masa depan yang baru dan lebih mendesak terus bermunculan: kekuatan AI, meningkatnya konflik dan ketidaksetaraan lokal dan global, serta meningkatnya ancaman bencana lingkungan,” ujarnya.
 
Bentley melanjutkan, perubahan transformasional dalam pendidikan bukan lagi sebuah pilihan. Namun pertanyaan utamanya adalah seperti apa bentuknya dalam praktik di sekolah. “Kami telah melihat bagaimana pembentukan karakter dan penguasaan teknologi pembelajaran berhasil diterapkan di sekolah melalui kegiatan bermakna sesuai Kurikulum Merdeka. Banyak hal kami dapat dari sekolah di Indonesia,” ujar Bentley. (Tim Ditjen PDM / Editor: Stephanie)




 
 

Sumber :

 


Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 1963 kali