Gotong Royong Mitra Pembangunan Wujudkan Pembelajaran Berkualitas Bersama Kurikulum Merdeka  14 Oktober 2024  ← Back



Jakarta, Kemendikbudristek ---
Kurikulum Merdeka dikembangkan sejak 2020, kemudian diterapkan dan dievaluasi secara bertahap sejak 2021. Pada tahun 2024, Kemendikbudristek menerbitkan kebijakan kurikulum melalui Permendikbudristek 12/2024 sebagai bagian dari upaya yang lebih menyeluruh untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara berkeadilan.

Di tahun 2024, Kurikulum Merdeka telah diterapkan secara nasional dan sudah lebih dari 350 ribu satuan pendidikan di seluruh Indonesia menerapkan Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka merupakan satu langkah strategis dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Untuk itu, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengajak berbagai pihak untuk turut mengambil bagian dalam mewujudkan anak-anak Indonesia yang memiliki karakter sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Melalui berbagai inisiatif gerakan Merdeka Belajar, pintu-pintu gotong royong terus dibuka untuk melibatkan sektor dan pemangku kepentingan dari berbagai daerah agar bersama meningkatkan kualitas pembelajaran termasuk pemahaman guru atas implementasi Kurikulum Merdeka.

Melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, bentuk gotong royong untuk peningkatan kualitas implementasi Kurikulum Merdeka pun dilakukan secara bertahap melalui skema mitra pembangunan. 
 
“Upaya gotong royong ini disambut baik oleh berbagai pihak. Hingga saat ini, berbagai pihak berkomitmen secara berkelanjutan untuk turut meningkatkan kualitas pembelajaran maupun meningkatkan pemahaman guru dan tenaga kependidikan dengan menjadi mitra Pembangunan,” ucap Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus, Baharudin.
 
Mitra pembangunan merupakan salah satu upaya untuk mendorong partisipasi dari sektor swasta dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Bentuk gotong royong ini dilakukan dengan berbagai lembaga, organisasi, dunia usaha, hingga dunia industri yang memiliki pendanaan mandiri untuk berkontribusi di bidang pendidikan. 
 
Salah satu mitra pembangunan yang ikut terlibat adalah Kuark Internasional, sebuah perusahaan bidang pendidikan sains yang fokus pada perubahan iklim. Perusahaan ini menyediakan antara lain Komik Sains Kuark, media pembelajaran sains yang berfokus pembelajaran berbasis inkuiri, berpikir kritis, dan pemecahan masalah; Olimpiade Sains Kuark; serta Kelas Lentera Kuark yang dapat engembangkan kapasitas guru dan sekolah yang berpusat pada murid.
 
“Kami melihat kebutuhan lapangan terhadap implementasi Kurikulum Merdeka. Selama ini kami bekerja dengan sekolah binaan, dan kami melihat kegelisahan guru atau sekolah tersebut. Bagi kami, ini adalah peluang besar untuk melakukan kerja sama dan menjaga kolaborasi di daerah,” ujar General Manager Training and Development Kuark Internasional, Saktiana Dwi Hastuti.
 
Selain itu, ada juga Yayasan Nusantara Sejati (YNS), sebuah institusi dengan fokus pada bidang konsultasi pendidikan yang berkaitan dengan pengembangan masyarakat. Berdiri sejak tahun 1999, YNS telah berperan aktif dalam dunia pendidikan melalui kegiatan pengembangan sumber daya manusia dan pelatihan.
 
“Berangkat dari kegelisahan kami tentang rendahnya angka literasi di wilayah Papua, kami tergerak untuk berkolaborasi dan mengkomunikasikannya dengan Kemendikbudristek mengenai masalah yang kami jumpai di lapangan. Saya pikir dengan adanya kolaborasi ini, kementerian dan YNS bisa bersama-sama meningkatkan kualitas pendidikan di sana melalui peningkatan kapasitas guru,” terang Director of Regional Planning & Development YNS, Dharmaputra Palekahelu.

Selain Kuark Internasional dan juga Yayasan Nusantara Sejati, ada pula Quipper School, sebuah platform belajar digital yang menyediakan layanan pembelajaran bagi guru dan murid secara gratis. Melalui Quipper, guru dapat memberikan materi dan tugas kepada murid, dan murid pun dapat mengakses materi serta mengerjakan tugas dengan mudah secara daring.
 
“Kami rasa, misi menjadi mitra pembangunan ini selaras dengan visi dan misi Quipper. Kami ingin menjadi distributor of wisdom untuk menyediakan kesetaraan akses pendidikan, tidak hanya di kota-kota besar saja,” ujar , Head of Business Operations & Strategy Quipper School, Dedi Purwanto.
 
Dalam upaya memperluas gotong royong tersebut, terdapat enam opsi yang ditawarkan kepada mitra pembangunan untuk mengambil “paket gotong royong” yang relevan dan sesuai kebutuhan, di antaranya Platform Merdeka Mengajar (PMM), Komunitas Belajar (Kombel), Seri Webinar, Narasumber Berbagi Praktik Baik, Penguatan Karakter Melalui Kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), dan Penguatan Kapasitas Organisasi Kesiswaan.
 
Kuark Internasional menggunakan seri Webinar terkait P5 untuk melatih daya nalar anak. “Untuk pendampingan P5 di sekolah binaan kami di Kalimantan Tengah, ada dua sekolah implementasi P5 dengan topik gaya hidup berkelanjutan yang berhubungan dengan perubahan iklim. Dalam praktiknya, sampah dan rawa gambut dapat mereka manfaatkan, sehingga proyek ini bukan hanya penguatan tema, namun juga menyelesaikan masalah yang ada di sekeliling mereka,” jelas Saktiana.
 
Selain itu, Kuark Internasional juga berperan menguatkan penyelenggaraan klub sains di sekolah. Saktiana menyampaikan bahwa ada kegiatan mediasi dari murid ke murid untuk bisa saling berkomunikasi mengenai topik sains yang menyenangkan, sebagai upaya penguatan karakter murid.
 
Kemudian, Yayasan Nusantara Sejati mengambil peran gotong royong untuk mengembangkan program bagi para guru di Papua. “Salah satu program yang ingin kami kembangkan di sana adalah pelatihan tentang Kurikulum Merdeka, meliputi kegiatan pendekatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), webinar, serta menyerap kebutuhan dan permasalahan para guru yang akan kami jadikan sebagai bahan refleksi dan evaluasi,” ujar Dharmaputra.
 
Tak kalah menarik, Quipper School mengambil peran untuk menggali potensi dan membuka peluang untuk masa depan para murid SMA. 
 
“Pertama, kami bekerja sama untuk melakukan tes minat bakat di sekolah. Tes ini berguna untuk memetakan bakat-bakat dari peserta didik. Dulu, saat zaman saya belum ada tes seperti ini, jadi hanya mengikuti saja saran guru sehingga terkadang kurang sesuai dengan minat bakat sebenarnya. Hal ini perlu diperbaiki agar murid bisa tahu kekuatannya ada di mana dan menjadi bahan referensi juga bagi para guru. Kedua, kami juga melakukan webinar berbagi praktik baik. Kami mengundang profesional yang mewakili bidang tertentu, untuk menjadi tindak lanjut dari tes minat dan bakat. Jadi, mereka lebih bisa memahami profesi yang ada,” urai Dedi.
 
Berbagai gerakan gotong royong ini menjadi sarana untuk mewujudkan pembelajaran berkualitas bagi semua dengan Kurikulum Merdeka. Selangkah demi selangkah, kualitas layanan satuan Pendidikan perlu terus ditingkatkan menuju sekolah yang dicita-citakan secara berkelanjutan. (Tim Ditjen PDM / Editor: Stephanie)





 

Sumber :

 


Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 359 kali