SEAMEO RECFON Ajak Pemuda se-Asia Tenggara Bahas Konsumsi Pangan Berkelanjutan 11 Oktober 2024 ← Back
Jakarta, Kemendikbudristek — Southeast Asia Ministers of Education (SEAMEO) Regional Centre for Food and Nutrition (RECFON) mengajak pemuda se-Asia Tenggara untuk membahas tentang konsumsi pangan berkelanjutan di dalam Forum Pemuda Bidang Pangan dan Gizi Regional Asia Tenggara untuk pertama kalinya secara virtual pada hari Rabu, (9/10).
Lewat tema “Piring Sehat, Masa Depan Sehat: Pemuda Memimpin Jalan untuk Sistem Konsumsi Pangan yang Berkelanjutan”, forum pemuda regional ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pemuda tentang dampak pilihan makanan terhadap kesehatan pribadi dan lingkungan serta berbagi ide untuk tindakan kolektif dalam mempromosikan konsumsi pangan berkelanjutan.
Lima tim pemuda dari Indonesia, RDR Laos, dan Malaysia terpilih sebagai pembicara dalam forum ini setelah melalui proses seleksi yang ketat di antara 89 pendaftar dari tujuh negara Asia Tenggara. Para pembicara pemuda tersebut adalah Farah Mutia Rachman dan Nindya Zhafira Setiawan Putri dari SMA Nuraida Islamic Boarding School Bogor, Indonesia; Hana Hapsari dan Veronica Amalia Niken Resanti dari SMA Negeri 3 Surakarta, Indonesia; Vanessa Ellivia dan Graciella Virginia Irwantoho dari Indonesia International Institute for Life-Sciences (i3L), Indonesia; Hongkham Xayavong dan Thidatheb Kounnavong dari Lao Tropical and Public Health Institute, RDR Laos; dan Claire Ng Yann Wei dan Sayli Viren Vartak dari IMU University, Malaysia.
Kelima tim pemuda ini termasuk di antara 12 finalis terpilih yang sinopsisnya dievaluasi berdasarkan kriteria kejelasan dan relevansi dengan tema, keinovatifan ide, organisasi dan logika ide, dan kelayakan tindakan yang direkomendasikan. Kedua belas finalis berpartisipasi dalam sesi mentoring yang diadakan pada tanggal 4 September 2024 melalui platform Zoom yang bertujuan agar mengembangkan pidato secara lengkap untuk kemudian dievaluasi oleh panel juri guna memilih lima pembicara muda terbaik.
Dengan meningkatnya dampak pilihan gaya hidup terhadap kesehatan pribadi dan lingkungan, pola makan berkelanjutan telah menjadi isu penting yang menuntut perhatian terutama di kalangan anak muda. Melalui forum ini, SEAMEO RECFON berupaya memberdayakan kaum muda untuk menyuarakan kebutuhan, pendapat, dan ide-ide mereka tentang praktik makan berkelanjutan, berbagi inisiatif dalam komunitas mereka yang mempromosikan pilihan makanan yang sehat dan ramah lingkungan, serta berkontribusi dalam membentuk kebijakan dan program pemerintah terkait konsumsi pangan berkelanjutan.
Direktur SEAMEO RECFON, Herqutanto, mengungkapkan kebanggaannya atas tim pembicara pemuda yang terpilih untuk tahap awal forum pemuda. Ia mengatakan bahwa SEAMEO RECFON selalu percaya pada kekuatan pemuda dan telah menyaksikan secara langsung bagaimana pemuda dapat membawa perspektif yang segar dan berdampak dalam hal pangan dan gizi melalui Program Nutrition Goes to School (NGTS) dan Kompetisi Kreasi Anak Muda.
“Kami percaya bahwa harus ada ruang di mana anak muda dapat berbagi wawasan dan ide untuk mengatasi tantangan pangan dan malnutrisi yang dihadapi generasi mereka, oleh karena itu SEAMEO RECFON memprakarsai Forum Pemuda Bidang Pangan dan Gizi Regional Asia Tenggara, seperti yang telah disetujui oleh Dewan Pengarah tahun lalu,” ungkap Herqutanto.
Selanjutnya, di sesi pemaparan narasumber, Nathan Moore dari Michigan State University memaparkan materi presentasi utamanya yang berjudul “Sistem Pangan Berkelanjutan dan Konsumsi Pangan: Di Mana Pemuda Berperan Penting.” Nathan menyoroti bahwa ada tiga beban malnutrisi yang ada di wilayah ini dan mengganggu sistem pangan dan konsumsi yang berkelanjutan.
Dalam mendukung sistem pangan dan konsumsi pangan yang berkelanjutan, Moore menekankan agar berbagai pihak turut ambil bagian di dalamnya, terutama pemuda dan pemerintah. Sebagai contoh, hal yang paling bisa dilakukan oleh kaum muda adalah dengan memanfaatkan media sosial, pembelajaran antarteman, membuat startup pangan berkelanjutan dan membuat atau menginovasikan makanan tradisional dengan cara-cara baru yang memungkinkan untuk kehidupan yang lebih sehat. Sementara pemerintah harus mengambil bagian dalam mendanai sumber daya, terhubung dengan pemain industri makanan yang sudah “dewasa”, mendapatkan lebih banyak koneksi untuk petani ke pasar, dan mengubah cara berpikir masyarakat tentang sistem pangan kita.
“Merupakan sebuah hal yang penting untuk memperkuat hubungan antar masyarakat, bukan hubungan antar produk, untuk memastikan sistem pangan dan konsumsi pangan yang berkelanjutan,” jelas Moore.
Farah Mutia Rachman dan Nindya Zhafira Setiawan Putri dari SMA Nuraida Islamic Boarding School Bogor, Indonesia, mempresentasikan solusi untuk pemborosan makanan di sekolah-sekolah asrama di Indonesia dengan metode audit makanan.
Dengan melakukan audit makanan dan mempertimbangkan preferensi santri melalui analisis sensori, mereka mengusulkan enam langkah untuk mengurangi limbah dan memastikan bahwa makanan tidak hanya dikonsumsi tetapi juga dihargai. Langkah-langkah tersebut meliputi observasi, diskusi kelompok terarah, dokumentasi menu, analisis sensori, penyesuaian menu, dan keterlibatan santri dalam pengembangan menu.
Hana Hapsari dan Veronica Amalia Niken Resanti dari SMP Negeri 3 Surakarta, Indonesia, memaparkan promosi makanan tradisional Jawa di Solo, Indonesia. Mereka menekankan pentingnya pola makan yang berkelanjutan dan menyoroti risiko konsumsi makanan cepat saji.
Untuk mengatasi hal ini, mereka mengusulkan empat hal penting: berinvestasi dalam program pendidikan dan kesadaran, intervensi pemerintah untuk mendukung petani lokal, kemitraan antara sekolah, bisnis, dan LSM, serta kesadaran dan tanggung jawab kolektif terkait pola makan yang berkelanjutan. Mereka menyimpulkan bahwa dengan mempromosikan makanan tradisional, generasi muda Solo memimpin jalan menuju masa depan yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Vanessa Ellivia dan Graciella Virginia Irwantoho dari Indonesia International Institute for Life-Sciences (i3L), Indonesia, mempresentasikan mengembangkan program YEESS! untuk mengatasi tiga beban malnutrisi di Indonesia. Program mereka berfokus pada peningkatan kesadaran akan gizi seimbang, mempromosikan praktik memasak yang sehat, dan meningkatkan ketahanan pangan.
Dengan melakukan demonstrasi memasak, berkolaborasi dengan para ahli lokal, dan melaksanakan lokakarya tentang pertanian hidroponik dan lansekap yang dapat dimakan, mereka bertujuan untuk memberdayakan individu dan masyarakat agar dapat membuat pilihan yang lebih sehat dan memastikan akses terhadap makanan yang terjangkau. Program mereka menekankan pentingnya bantuan jangka pendek dan solusi jangka panjang untuk menciptakan sistem pangan yang stabil bagi semua orang.
Hongkham Xayavong dan Thidatheb Kounnavong dari Lao Tropical and Public Health Institute di RDR Laos menyoroti dampak negatif dari sistem pangan yang tidak berkelanjutan. Mereka menekankan perlunya pendekatan berbagai pihak atau pemangku kepentingan untuk mempromosikan pilihan pangan yang berkelanjutan. Hal ini termasuk mendukung petani lokal, mempromosikan kebun masyarakat, memastikan pilihan makanan sehat di ruang publik, memberdayakan kaum muda melalui pendidikan, dan mendorong kolaborasi antara guru, orang tua, pemerintah, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Claire Ng Yann Wei dan Sayli Viren Vartak dari IMU University, Malaysia, berbicara tentang dampak pribadi dari perubahan iklim terhadap mata pencaharian pertanian keluarga mereka. Mereka menekankan perlunya pendekatan multi-segi untuk mempromosikan sistem pangan berkelanjutan. Hal itu meliputi dukungan pemerintah untuk pertanian berkelanjutan/regeneratif, mempromosikan berkebun di perkotaan, mengadvokasi praktik bisnis yang berkelanjutan, memberikan contoh melalui pilihan pribadi, dan mengedukasi teman sebaya tentang pola makan yang berkelanjutan. Dengan melakukan tindakan ini, mereka percaya bahwa kaum muda dapat menginspirasi orang lain dan berkontribusi untuk masa depan yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Irma Danao, moderator forum dari University of the Philippines Los Baños, Filipina, menutup diskusi forum ini dengan tiga kata yang sering diutarakan dalam presentasi para pemuda. Kata-kata tersebut adalah koneksi, kolaborasi, dan pendidikan.
Di akhir forum, Wakil Direktur Program SEAMEO RECFON, Jesus C. Fernandez, menyampaikan apresiasi kepada para pembicara muda atas antusiasme mereka untuk berbagi ide-ide mereka dalam mempromosikan makanan yang berkelanjutan di antara generasi mereka.
Fernandez mendorong agar pemuda se-Asia Tenggara selalu memiliki semangat untuk mengadvokasi ide-ide mereka dan memiliki kebijaksanaan untuk mewujudkannya. “Ide-ide Anda dapat membuka jalan menuju hari esok yang lebih baik," pungkasnya.
Sebagai informasi, forum ini terselenggara atas kerja sama SEAMEO RECFON dengan College of Human Ecology of the University of the Philippines Los Baños dan ASEAN Youth Forum. (Unit Manajemen Pengetahuan dan Dukungan Kebijakan SEAMEO RECFON / Editor: Andrew Fangidae, Stephanie, Denty A.,Seno Hartono)
Sumber :
Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 1473 kali
Editor :
Dilihat 1473 kali