Belajar Tari Pang Pung di KBRI Canberra  18 November 2024  ← Back



Canberra, Kemendikdasmen ---
Kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan kembali membuka pintu bagi siswa Australia yang ingin mengenal Indonesia melalui kunjungan ke KBRI Canberra. Kali ini, siswa kelas 10 dari Glenunga International School, Adelaide, belajar menjadi dalang untuk memainkan wayang kulit dan menari tari Pang Pung asal Jawa Tengah, Jumat (15/11).
 
Sebanyak 40 siswa dan tiga orang guru dibagi dalam dua kelompok, dan secara bergantian mengikuti masing-masing lokakarya (workshop). Kelompok pertama dibawa tur Balai Wisata Budaya untuk diperkenalkan dengan budaya Indonesia seperti melihat miniatur bangunan rumah, peralatan mencari nafkah masyarakat, dan pementasan wayang. Tur Balai Wisata Budaya ini dipandu oleh staf Atdikbud, Witari Nurfadillah.
 
Untuk pementasan wayang, empat siswa dari setiap kelompok mendapat kesempatan untuk menjadi dalang dan membuat skenario. Angelica dan Mudri merupakan siswa yang diberi kesempatan untuk menjadi dalang dan membuat skenario di sesi pertama. Adapun skenario yang mereka bawakan adalah bagaimana perjalanan dari Adelaide ke Canberra.
 
“Bagaimana menurutmu perjalanan kita kali ini, Angelica?” tanya Mudri.
 
“Ini sangat menyenangkan, Mudri. Di jalan aku tertidur, tapi setelah sampai ke Canberra aku terbangun. Karena ternyata Canberra sangat dingin,” tutur Angelica sambil menggerakkan “lengan” wayang.
 
Sementara itu, di ruang Balai Kartini, kelompok yang lain sedang belajar Gerakan tari Pang Pung yang dipandu oleh staf Atdikbud, Muhammad Nur Aziz. Tari Pang Pung merupakan tari yang yang menggambarkan tentang keriangan anak-anak. Gerakan tarian ini sederhana dan dilakukan secara berkelompok.
 
Siswa dibagi dalam empat baris agar mereka bisa dengan mudah melihat Aziz yang membimbing gerakan. Awalnya mereka cukup kaku untuk mengikuti Gerakan karena harus menyinkronkan kaki, tangan, dan badan secara keseluruhan sambil mendengarkan ketukan. Setelah mencoba beberapa kali, mereka diajak untuk praktik menggunakan musik.
 
Proses belajar tari ini berlangsung sangat singkat. Dalam waktu 15 menit, siswa sudah bisa menghapal gerakan tari dan mempraktikkannya dengan musik. Di akhir sesi, siswa bertepuk tangan dan mengaku sangat menikmati pelajaran menari ini.
 
Setelah 30 menit, sesi pertama selesai, siswa lalu bertukar tempat. Kelompok yang awalnya melakukan tur Balai Budaya pindah ke Balai Kartini untuk belajar menari, begitu pula sebaliknya. Di sesi kedua ini kegiatannya kurang lebih sama untuk tiap kelompok. Yang membedakan, dua siswa di kelompok kedua yang belajar menari mampu untuk menari tanpa dipandu oleh Aziz.
 
“Apakah ada yang ingin menari tanpa saya?” tanya Aziz. Lalu, kedua siswa laki-laki yang bernama Mudri dan Jack mengangkat tangan dan memperagakan setiap gerakan tari di hadapan teman-teman dan gurunya. Atraksi keduanya disambut riuh tepuk tangan sekaligus mengakhiri kunjungan mereka di KBRI.
 
Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Canberra, Mukhamad Najib, mengapresiasi sekolah yang membawa siswanya untuk berkunjung. Program ini merupakan media publikasi dan promosi budaya Indonesia di Australia. Glenunga International School ini tidak memiliki mata pelajaran bahasa Indonesia, tapi dengan kunjungan ini ketertarikan mereka akan budaya Indonesia bisa mempererat pemahaman antar masyarakat di kedua negara.
 
“Saya berharap semakin banyak sekolah yang berkunjung ke KBRI, atau mengundang kita untuk ke sekolah melalui program Indonesia Goes to School, sehingga semakin banyak siswa yang terpapar tentang Indonesia,” tutupnya.*** (Penulis: Aline R./Editor: Denty A.)
 

Sumber :

 


Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 20 kali