Chandra Bientang Luncurkan Novel Thriller “Batu Berkaki” yang Mengangkat Isu Lingkungan  29 November 2024  ← Back


 
Jakarta, Kemendikdasmen – Perpustakaan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) memberikan apresiasi atas karya terbaru Chandra Bientang ini, yang dinilai membawa angin segar dalam dunia sastra Indonesia, khususnya di genre thriller. Novel ini adalah karya ketiga dalam perjalanan sastra penulis yang telah lama dikenal dengan keahlian merangkai cerita yang tidak hanya menarik, tetapi juga penuh dengan imajinasi mendalam serta kritikan terhadap isu sosial yang relevan. Peluncuran buku ini disambut dengan antusiasme tinggi dari para pecinta literasi, baik pembaca maupun para kritikus sastra di tanah air.
 
Melalui wawancara eksklusif, Chandra Bientang mengungkapkan bahwa minatnya dalam menulis sebenarnya sudah muncul sejak kecil, terinspirasi oleh ayahnya yang seorang aktivis politik dan kolektor buku. "Sejak kecil saya sudah terbiasa dengan dunia literasi. Ayah saya banyak memiliki buku, dan dari sana saya mulai mengembangkan rasa ingin tahu dan berpikir kritis. Menulis adalah cara terbaik untuk menyalurkan pemikiran yang terkumpul," jelas Chandra dalam Peluncuran Buku Batu Berkaki di Perpustakaan Kemendikdasmen, Jakarta, Jumat (29/11).
 
Namun, menulis "Batu Berkaki" bukanlah sebuah proses yang mudah. Chandra menjelaskan bahwa menulis novel ini membutuhkan waktu yang cukup lama karena prosesnya yang tidak linear. "Proses penulisan saya seringkali tidak terstruktur. Setiap ide saya biarkan mengendap dulu, terkadang membutuhkan waktu lama sebelum akhirnya bisa dituangkan menjadi tulisan. Ini adalah akumulasi dari berbagai pemikiran yang terendap selama bertahun-tahun," ujarnya.
 
Alur cerita dalam "Batu Berkaki" sengaja dibuat berbeda dari dua buku sebelumnya yang lebih linear. Kali ini, Chandra memutuskan untuk menulis dengan pendekatan naratif yang mundur, di mana akibat dari sebuah peristiwa ditulis terlebih dahulu, kemudian cerita mundur untuk mengungkapkan apa yang terjadi tiga hari sebelumnya, dua hari sebelumnya, dan seterusnya. "Ini adalah eksperimen dalam menulis thriller. Saya ingin pembaca merasakan ketegangan yang tidak biasa, dan saya memutuskan untuk memperkenalkan struktur cerita yang tidak linear," tambahnya.
 
Salah satu elemen yang membedakan "Batu Berkaki" dengan karya-karya sebelumnya adalah tema yang diangkat, yaitu isu lingkungan. Novel ini berlatar belakang sebuah perkebunan yang dikelola oleh seorang seniman yang juga seorang tuan tanah. Chandra mengungkapkan bahwa pemilihan tema ini tidak lepas dari kepeduliannya terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi di sekitar kita. "Lingkungan hidup adalah isu yang sangat penting bagi saya. Buku ini tidak hanya tentang thriller semata, tetapi juga mengangkat masalah yang relevan dengan keadaan dunia saat ini. Alam dan bagaimana manusia memperlakukannya menjadi tema yang sangat penting dalam cerita ini," ujar Chandra.
 
Latar tempat yang dipilih pun sangat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi Chandra yang pernah tinggal di sebuah daerah bernama Multilan selama tiga tahun. "Saya tinggal di daerah tersebut dan meskipun hanya tiga tahun, kesan yang ditinggalkan sangat mendalam. Saya merasa lokasi tersebut sangat layak untuk diceritakan, dan banyak inspirasi yang saya peroleh dari sana," jelas Chandra.
Dalam risetnya, Chandra juga menemukan prasasti Tuk Mas yang semakin memperkaya latar belakang cerita. "Riset saya menemukan banyak hal menarik yang mendalam. Seperti prasasti Tuk Mas yang saya temukan di sekitar daerah tersebut, yang semakin memperkuat latar cerita dan menjadikan novel ini semakin hidup dengan elemen sejarah dan budaya," tambahnya.
 
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Chandra Bientang dalam menulis "Batu Berkaki" adalah menggambarkan karakter perempuan yang lebih tua. "Menciptakan karakter perempuan yang seusia dengan saya jauh lebih sulit dibandingkan dengan menggambarkan karakter pria yang lebih tua. Ketika menulis karakter laki-laki, saya mudah terhubung dengan pengalaman hidup saya bersama ayah dan abang saya. Namun, menulis sosok perempuan yang lebih tua menantang saya untuk lebih menggali perasaan dan pengalaman yang lebih mendalam," ujar Chandra.
 
Meski begitu, Chandra mengakui bahwa karakter-karakter dalam "Batu Berkaki" lebih matang dan berkembang, dengan kompleksitas yang lebih tinggi dibandingkan karya-karya sebelumnya. "Buku ini mengharuskan saya untuk lebih mendalami karakter-karakter dalam cerita, sehingga setiap tokoh dapat membawa dinamika tersendiri yang menyatu dengan alur cerita. Saya merasa lebih siap dan lebih reflektif dalam menulis buku ini," katanya.
 
"Batu Berkaki" mengusung genre thriller dengan alur yang lebih mendalam, di mana ketegangan bukan hanya dibangun melalui plot twist yang mengejutkan, tetapi juga melalui perkembangan konflik yang berkelindan secara alami dalam cerita. Chandra mengungkapkan bahwa ia berusaha untuk tidak hanya mengandalkan kejutan-kejutan yang sering muncul dalam genre thriller, tetapi lebih pada membangun karakter yang kuat dan konflik yang berdampak. "Thriller itu membutuhkan lebih dari sekadar plot twist. Saya ingin pembaca merasakan ketegangan yang datang dari perasaan tokoh-tokoh yang ada, dan itu hanya bisa tercipta jika karakternya kuat dan alur konfliknya terjalin dengan baik," jelasnya.
 
Konflik-konflik dalam "Batu Berkaki" bermunculan dari berbagai sisi kehidupan para tokohnya, mulai dari masalah masa lalu, dendam, hingga ambisi yang saling berbenturan. "Setiap halaman buku ini mengarah pada konflik-konflik tertentu yang semakin memperkuat ketegangan dalam cerita," tambahnya.
 
Sebagai penulis, Chandra Bientang selalu terbuka terhadap kritik dan masukan dari pembaca. "Saya sangat menghargai feedback, baik yang positif maupun yang negatif. Setiap masukan akan saya jadikan sebagai bahan untuk berkembang lebih baik. Bagi saya, kritik adalah bagian penting dalam proses kreatif," ujarnya.

Fadil, pembaca yang sudah mencicipi karya-karya sebelumnya juga memberikan apresiasi terhadap kualitas penulisan "Batu Berkaki" yang dianggap lebih matang dan menyeluruh. "Saya merasa bahwa penulisan dalam buku ini lebih matang. Struktur ceritanya lebih kompleks dan alur yang mundur memberikan nuansa yang berbeda, yang membuat pembaca terus penasaran," Fadil yang hadir di acara peluncuran.*** (Penulis: Duma/Editor: Denty A.)
 
 

Sumber :

 


Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 631 kali