Kolaborasi Seluruh Pemangku Kepentingan dalam Menjadi Kunci Eksistensi Seni Wayang 08 November 2024 ← Back
Kabupaten Klaten, Kemendikdasmen - Direktur UNESCO Office Jakarta, Makki Katsuno mengatakan, Hari Wayang Nasional adalah hari untuk menghormati dedikasi para master Wayang, dalang, musisi, pengrajin dan pecinta Wayang yang telah menjaga seni ini tetap hidup. Upaya tak tergoyahkan dari orang-orang tersebut untuk meneruskan pengetahuan, bahkan di tengah perubahan zaman, begitu menginspirasi.
Menurutnya, peringatan Hari Wayang bertujuan juga menghargai dan merayakan komitmen masyarakat dalam melestarikan dan berinovasi guna menjaga tradisi ini ke generasi berikutnya. "UNESCO dengan bangga mendukung komunitas praktisi, terutama seniman muda, dalam melestarikan dan mempromosikan warisan budaya takbenda melalui program pendidikan, lokakarya komunitas, dan inisiatif kesadaran," ujarnya setelah menyaksikan pertunjukan Wayang di Dukuh Pandanan, Desa Soropaten, Kecamatan Karangnom, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, pada Kamis (7/11).
Dikatakan Makki, UNESCO di Jakarta, telah mendukung jaringan pemuda kreatif melalui Program "Kita Muda Kreatif" sejak 2017 di sekitar destinasi warisan utama di Indonesia. Di Klaten, selama tahun 2019 – 2023, program ini membantu lebih dari 30 pemuda yang mengerjakan pengembangan produk kreatif termasuk batik, lurik dan pembuatan tembikar, dengan memberikan bantuan teknis melalui pengembangan bisnis, branding, bercerita dan pelatihan pelestarian warisan.
"Para pemuda ini telah tumbuh sebagai pengusaha muda yang aktif, memiliki keterampilan dan pengetahuan baru tentang inovasi produk dan telah memperluas jaringan bisnis mereka melalui program ini. Kami melanjutkan kerja sama dan dukungan kami kepada sekitar 60 pemuda pembuat batik dan penenun lurik (90% adalah perempuan) yang tinggal di sekitar Kecamatan Bayat di Klaten, di bawah proyek baru yang diluncurkan tahun ini dengan dukungan BNP Paribas – IDX30 Filantropi. Kami percaya bahwa kreativitas sangat penting untuk memastikan kelangsungan tradisi, menghembuskan kehidupan dan makna baru ke dalam praktik budaya," terangnya.
Direktur Maki berharap, peringatan Hari Wayang Nasional, dapat terus menggelorakan semangat dan dedikasi berbagai pemangku kepentingan untuk menjaga warisan budaya takbenda, yang memperkuat identitas nasional dan budaya global bersama. “Saya mengucapkan selamat yang tulus kepada Pemerintah Kabupaten Klaten, Direktorat Jenderal Kebudayaan, dan seluruh Seniman, atas upaya tak kenal lelahnya dalam melestarikan dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang Wayang. Dedikasi Anda sangat penting untuk menjaga warisan budaya yang berharga ini tetap hidup dan terus bergairah di tengah masyarakat.”
Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Sri Nugroho mengucapkan rasa terima kasih kepada UNESCO dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah yang telah mendukung upaya pelestarian Wayang di daerahnya. “Peringatan Hari Wayang yang digelar di Klaten menjadi suatu penghargaan bagi (upaya) kami selama ini. Kita sebagai generasi muda penerus bangsa budaya adiluhung ini harus semaksimal mungkin turut serta dalam melestarikan Wayang,” jelasnya.
Nugroho menilai, Wayang yang sarat akan filosofi dan pesan moral bisa menjadi sarana untuk mengedukasi Masyarakat. “Kami melihat wayang sebagai peluang untuk mengedukasi Masyarakat,” tekannya. Oleh karena itu, pihaknya terus mendukung aktivitas budaya ini dengan mengalokasi anggaran dan mengerahkan berbagai potensi daerah. Seperti merangkul para pegiat budaya di pedalaman untuk mendukung pagelaran Wayang.
Sementara itu, guna memupuk kecintaan terhadap seni budaya pada siswa, anak-anak di sekolah diperkenalkan dengan seni karawitan dan gamelan. Selain itu, ada muatan lokal (mulok) yang diterapkan sekolah. Pihaknya juga mendorong bakat anak-anak untuk turut serta dalam Festival Dalang Anak dan Sinden se-Solo Raya.
Pertunjukan Wayang Bangkitkan Geliat Perekonomian Masyarakat Sekitar
Suasana di Dukuh Pandanan, Desa Soropaten, Kecamatan Karangnom, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, pada Kamis (7/11) yang bertepatan dengan malam Jumat pon, terasa begitu meriah. Masyarakat dari berbagai rentang usia begitu antusias menyaksikan pertunjukan wayang.
Direktur Makki Katsuno mengatakan, "Saya diingatkan bahwa Wayang bukan hanya bentuk seni tetapi warisan budaya yang kaya yang telah sangat memengaruhi generasi ke generasi. Dengan permainan bayangan yang memukau dan penceritaan yang rumit, Wayang memang mewujudkan kreativitas, kebijaksanaan, dan tradisi Indonesia," jelasnya seraya berharap agar semangat Wayang terus menginspirasi, menyatukan, dan menerangi jalan bagi generasi yang akan datang.
Kegiatan yang berlangsung setiap malam Jumat pon ini tak hanya menghibur rakyat namun juga mampu membangkitkan geliat usaha mikro kecil menengah (UMKM) pedagang sekitar baik yang menjajakan berbagai makanan, minuman, mainan, dan lain-lain. Hal ini menjadi berkah tersendiri bagi beberapa pedagang.
Sumiyatun, pedagang telur gulung, merasa senang karena sambil berjualan, ia juga bisa menyaksikan pertunjukan wayang secara gratis. "Saya bisa memanfaatkan keramaian ini untuk meraup omset yang lumayan lebih banyak dari biasanya. Sekaligus saya juga bisa sambil nonton wayang," ungkapnya.
Pedagang lain yang tidak kalah menarik perhatian adalah Parjo. Ia adalah satu-satunya pedagang mainan wayang. Meski ia mengaku berjualan wayang saat ini berbeda dengan di masa lalu, namun ia senang usahanya bisa sekaligus turut mempromosikan wayang kepada anak-anak. "Wayang yang saya jual harganya jauh lebih murah dibandingkan wayang yang terbuat dari bahan kulit. Ini untuk menekan biaya modal yang dikeluarkan dan meningkatkan daya beli masyarakat," ujarnya. Wayang buatan Parjo dijual mulai harga Rp20.000. Di hari biasa, pendapatannya sekitar Rp100.000 namun di kala ramai, ia bisa mendapat penghasilan Rp200.000.*** (Penulis: Denty A.)
Sumber :
Menurutnya, peringatan Hari Wayang bertujuan juga menghargai dan merayakan komitmen masyarakat dalam melestarikan dan berinovasi guna menjaga tradisi ini ke generasi berikutnya. "UNESCO dengan bangga mendukung komunitas praktisi, terutama seniman muda, dalam melestarikan dan mempromosikan warisan budaya takbenda melalui program pendidikan, lokakarya komunitas, dan inisiatif kesadaran," ujarnya setelah menyaksikan pertunjukan Wayang di Dukuh Pandanan, Desa Soropaten, Kecamatan Karangnom, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, pada Kamis (7/11).
Dikatakan Makki, UNESCO di Jakarta, telah mendukung jaringan pemuda kreatif melalui Program "Kita Muda Kreatif" sejak 2017 di sekitar destinasi warisan utama di Indonesia. Di Klaten, selama tahun 2019 – 2023, program ini membantu lebih dari 30 pemuda yang mengerjakan pengembangan produk kreatif termasuk batik, lurik dan pembuatan tembikar, dengan memberikan bantuan teknis melalui pengembangan bisnis, branding, bercerita dan pelatihan pelestarian warisan.
"Para pemuda ini telah tumbuh sebagai pengusaha muda yang aktif, memiliki keterampilan dan pengetahuan baru tentang inovasi produk dan telah memperluas jaringan bisnis mereka melalui program ini. Kami melanjutkan kerja sama dan dukungan kami kepada sekitar 60 pemuda pembuat batik dan penenun lurik (90% adalah perempuan) yang tinggal di sekitar Kecamatan Bayat di Klaten, di bawah proyek baru yang diluncurkan tahun ini dengan dukungan BNP Paribas – IDX30 Filantropi. Kami percaya bahwa kreativitas sangat penting untuk memastikan kelangsungan tradisi, menghembuskan kehidupan dan makna baru ke dalam praktik budaya," terangnya.
Direktur Maki berharap, peringatan Hari Wayang Nasional, dapat terus menggelorakan semangat dan dedikasi berbagai pemangku kepentingan untuk menjaga warisan budaya takbenda, yang memperkuat identitas nasional dan budaya global bersama. “Saya mengucapkan selamat yang tulus kepada Pemerintah Kabupaten Klaten, Direktorat Jenderal Kebudayaan, dan seluruh Seniman, atas upaya tak kenal lelahnya dalam melestarikan dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang Wayang. Dedikasi Anda sangat penting untuk menjaga warisan budaya yang berharga ini tetap hidup dan terus bergairah di tengah masyarakat.”
Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Sri Nugroho mengucapkan rasa terima kasih kepada UNESCO dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah yang telah mendukung upaya pelestarian Wayang di daerahnya. “Peringatan Hari Wayang yang digelar di Klaten menjadi suatu penghargaan bagi (upaya) kami selama ini. Kita sebagai generasi muda penerus bangsa budaya adiluhung ini harus semaksimal mungkin turut serta dalam melestarikan Wayang,” jelasnya.
Nugroho menilai, Wayang yang sarat akan filosofi dan pesan moral bisa menjadi sarana untuk mengedukasi Masyarakat. “Kami melihat wayang sebagai peluang untuk mengedukasi Masyarakat,” tekannya. Oleh karena itu, pihaknya terus mendukung aktivitas budaya ini dengan mengalokasi anggaran dan mengerahkan berbagai potensi daerah. Seperti merangkul para pegiat budaya di pedalaman untuk mendukung pagelaran Wayang.
Sementara itu, guna memupuk kecintaan terhadap seni budaya pada siswa, anak-anak di sekolah diperkenalkan dengan seni karawitan dan gamelan. Selain itu, ada muatan lokal (mulok) yang diterapkan sekolah. Pihaknya juga mendorong bakat anak-anak untuk turut serta dalam Festival Dalang Anak dan Sinden se-Solo Raya.
Pertunjukan Wayang Bangkitkan Geliat Perekonomian Masyarakat Sekitar
Suasana di Dukuh Pandanan, Desa Soropaten, Kecamatan Karangnom, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, pada Kamis (7/11) yang bertepatan dengan malam Jumat pon, terasa begitu meriah. Masyarakat dari berbagai rentang usia begitu antusias menyaksikan pertunjukan wayang.
Direktur Makki Katsuno mengatakan, "Saya diingatkan bahwa Wayang bukan hanya bentuk seni tetapi warisan budaya yang kaya yang telah sangat memengaruhi generasi ke generasi. Dengan permainan bayangan yang memukau dan penceritaan yang rumit, Wayang memang mewujudkan kreativitas, kebijaksanaan, dan tradisi Indonesia," jelasnya seraya berharap agar semangat Wayang terus menginspirasi, menyatukan, dan menerangi jalan bagi generasi yang akan datang.
Kegiatan yang berlangsung setiap malam Jumat pon ini tak hanya menghibur rakyat namun juga mampu membangkitkan geliat usaha mikro kecil menengah (UMKM) pedagang sekitar baik yang menjajakan berbagai makanan, minuman, mainan, dan lain-lain. Hal ini menjadi berkah tersendiri bagi beberapa pedagang.
Sumiyatun, pedagang telur gulung, merasa senang karena sambil berjualan, ia juga bisa menyaksikan pertunjukan wayang secara gratis. "Saya bisa memanfaatkan keramaian ini untuk meraup omset yang lumayan lebih banyak dari biasanya. Sekaligus saya juga bisa sambil nonton wayang," ungkapnya.
Pedagang lain yang tidak kalah menarik perhatian adalah Parjo. Ia adalah satu-satunya pedagang mainan wayang. Meski ia mengaku berjualan wayang saat ini berbeda dengan di masa lalu, namun ia senang usahanya bisa sekaligus turut mempromosikan wayang kepada anak-anak. "Wayang yang saya jual harganya jauh lebih murah dibandingkan wayang yang terbuat dari bahan kulit. Ini untuk menekan biaya modal yang dikeluarkan dan meningkatkan daya beli masyarakat," ujarnya. Wayang buatan Parjo dijual mulai harga Rp20.000. Di hari biasa, pendapatannya sekitar Rp100.000 namun di kala ramai, ia bisa mendapat penghasilan Rp200.000.*** (Penulis: Denty A.)
Sumber :
Penulis : Pengelola Siaran Pers
Editor :
Dilihat 165 kali
Editor :
Dilihat 165 kali