Badan Bahasa Gali Peluang Kerja Sama di Bidang Kebahasaan dan Kesastraan 14 Februari 2025 ← Back
Jakarta, Kemendikdasmen — Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, terus berupaya memperluas kerja sama demi pemajuan bahasa dan sastra. Dalam audiensi bersama Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Kairo, telah dibahas upaya peningkatan kerja sama dalam bidang bahasa Indonesia di Mesir, salah satunya melalui pengukuhan program studi (prodi) Bahasa dan Sastra Indonesia di kampus Islam tertua di dunia, Al Azhar, Kairo.
Audiensi ini dihadiri oleh Kepala Badan Bahasa, Hafidz Muksin; Sekretaris Badan Bahasa, Ganjar Harimansyah; Kepala Pusat Pemberdayaan Bahasa dan Sastra, Iwa Lukmana; Atdikbud Kairo, Abdul Muta’ali; serta tim kerja terkait.
Hafidz Muksin menyambut baik kerja sama ini. Ia menyebutkan bahwa Mesir adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia, yang menambah kedalaman hubungan bilateral antara kedua negara. Ia juga menyoroti banyaknya pelajar Indonesia yang belajar di Mesir, serta potensi mereka untuk menjadi agen yang dapat memperkenalkan dan memberdayakan bahasa Indonesia lebih luas di Mesir.
“Memberdayakan para pelajar ini agar dapat berperan dalam pengembangan program (BIPA) adalah salah satu langkah strategis, kedekatan secara historikal adalah salah satu faktor terkuat pengembangan program BIPA di sana. Selain itu, alumni BIPA dan diaspora Indonesia di Mesir juga bisa menjadi mitra strategis dalam memperkuat program ini,” ungkap Hafidz Muksin, di Jakarta, Selasa (11/2).
Hafidz meninjau capaian kerja sama dengan Al Azhar membutuhkan dukungan sarana dan prasarana yang kuat. Terlebih lagi, dengan terbatasnya anggaran dan sumber daya, penting bagi Badan Bahasa untuk mengupayakan bantuan dari pihak-pihak terkait, termasuk dari BUMN yang diharapkan dapat membantu pembangunan fasilitas belajar di luar negeri.
Sebagai langkah konkret, Hafidz meminta agar segera disusun naskah urgensi terkait pengajaran bahasa Indonesia yang memiliki komitmen dengan berbagai pihak agar program ini tidak terhenti. Selain itu, perlu dikaji kebutuhan pengajar dan rencana lanjutan yang memungkinkan pengajaran BIPA tetap dapat berjalan tanpa hambatan.
Hal senada juga diungkap oleh Ganjar Harimansyah, Sekretaris Badan Bahasa yang menegaskan pentingnya menjadikan Mesir sebagai prioritas dalam pengajaran BIPA meskipun dengan anggaran yang minim. Kerja sama antar kampus di Mesir diharapkan dapat memperkuat pelaksanaan program ini, dengan memanfaatkan sumber daya lokal dan menjalin kolaborasi yang efektif.
Atdikbud Kairo sekaligus anggota Senat Kehormatan Al Azhar, Abdul Muta’ali, menyampaikan bahwa kunjungan Presiden Indonesia ke Mesir membawa harapan besar, terutama dalam bidang pendidikan dan kebudayaan. Ia menyoroti pentingnya membuka jurusan bahasa Indonesia di Al Azhar, dengan harapan program ini dapat dimulai pada September 2025. Selain itu, keterbatasan ruang belajar di Al Azhar menjadi tantangan, sehingga kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk Badan Bahasa, sangat diperlukan untuk membangun fasilitas pembelajaran yang memadai.
Peluang Kerja Sama dengan BRIN
Dalam audiensi bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga dibahas sejumlah peluang kerja sama di bidang kebahasaan dan kesastraan. Kepala Badan Bahasa, Hafidz Muksin, menyampaikan pentingnya kolaborasi lintas lembaga dalam mengembangkan kebijakan serta program yang mendukung pembinaan dan pelindungan bahasa dan sastra Indonesia. "Kerja sama dengan BRIN diharapkan dapat membuka ruang baru bagi riset kebahasaan yang lebih mendalam serta inovasi dalam pembelajaran dan pelestarian bahasa daerah," ujarnya.
Hafidz menyoroti lima poin utama dalam kerja sama ini, yakni 1) pentingnya analisis dampak kebijakan, seperti efektivitas penggunaan buku cetak dibandingkan buku elektronik dalam meningkatkan literasi; 2) pelestarian bahasa daerah, termasuk pemutakhiran peta kebinekaan bahasa yang terakhir diperbarui pada 2018; 3) kedaulatan bahasa Indonesia melalui gerakan "Bangga, Mahir, dan Maju dengan Bahasa Indonesia" yang telah dicanangkan pada 28 Oktober 2024; 4) indeks Pembangunan Kebahasaan yang perlu ditingkatkan agar sejajar dengan indeks kebudayaan; dan 5) upaya peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional.
Kepala Organisasi Riset Arkeologi Bahasa dan Sastra, Herry Yogaswara, menjelaskan bahwa BRIN berfokus pada penelitian dan inovasi, dengan 2025 sebagai tahun awal siklus peta jalan penelitian baru. Ia juga menekankan potensi kerja sama dengan Badan Bahasa dalam pengembangan aplikasi UKBI dan penelitian lainnya.
Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, Dora Amalia menambahkan bahwa pemutakhiran Peta Kebinekaan masih menghadapi kendala, seperti efisiensi anggaran perjalanan dinas dan keterbatasan data. Ia juga menyoroti perlunya kerja sama dalam dokumentasi bahasa daerah, pengembangan korpus bahasa, dan pengayaan kosakata.
Ade Mulyanah, Kepala Pusat Riset Bahasa Sastra dan Komunitas, BRIN, menekankan pentingnya kolaborasi dalam BIPA, penelitian sastra, dan pengembangan korpus bahasa percakapan. Sementara itu, Obing Katubi dari Pusat Riset Preservasi Bahasa menyoroti perlunya repositori bahasa daerah dan identifikasi bahasa yang hampir punah.
Sementara itu, Kepala Pusat Riset Manuskrip dan Tradisi Lisan, Sastri Sunarti menambahkan perlunya penelitian tentang sikap budaya dan bahasa yang lebih sistematis, sementara Pardi menyoroti pentingnya kebijakan yang mendukung riset Badan Bahasa. Fairul Zabadi dan Sutejo turut membahas kemungkinan peta jalan unggulan riset tanpa kompetisi serta integrasi kurikulum kebahasaan dalam pendidikan nasional.
Dengan adanya pertemuan ini, Badan Bahasa dan BRIN berkomitmen untuk menjalin kerja sama strategis yang dapat memberikan manfaat bagi pengembangan bahasa dan sastra nasional. Langkah ini diharapkan dapat semakin memperkuat peran Indonesia dalam penelitian dan inovasi kebahasaan di tingkat global.
Kunjungan Untirta ke Badan Bahasa
Badan Bahasa juga menerima kunjungan dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) untuk memperkuat kolaborasi dalam pengembangan bahasa, literasi, dan revitalisasi bahasa daerah di Provinsi Banten.
Dalam pertemuan tersebut, Badan Bahasa memberikan apresiasi kepada Untirta atas kontribusinya dalam mendukung upaya pengembangan bahasa, literasi, serta pelestarian bahasa daerah. Kolaborasi ini dinilai strategis, mengingat Kantor Bahasa Banten memiliki kewenangan mengampu dua wilayah, yaitu Provinsi Banten dan DKI Jakarta. Oleh karena itu, sinergi antara kedua institusi diharapkan dapat semakin mengoptimalkan program-program yang berkaitan dengan bahasa dan sastra.
Salah satu isu utama yang dibahas adalah peningkatan sumber daya manusia (SDM) dalam bidang bahasa dan literasi. Untirta diharapkan dapat berperan dalam menyediakan tenaga ahli yang dapat mendukung berbagai program Badan Bahasa, terutama dalam mengawal kedaulatan bahasa Indonesia. Selain itu, terdapat peluang kerja sama dalam penyusunan peraturan Mendikdasmen terkait kedaulatan bahasa Indonesia, guna memperkuat posisinya sebagai bahasa negara.
Pembahasan juga mencakup upaya meningkatkan literasi di kalangan peserta didik dengan menyediakan sumber bacaan yang berkualitas. Namun, masih terdapat kendala dalam pendampingan pemanfaatan buku yang terbatas. Oleh karena itu, Badan Bahasa dan Untirta sepakat untuk mencari solusi guna meningkatkan layanan pendampingan bagi pendidik dan peserta didik.
Selain itu, pentingnya Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) dalam menjunjung tinggi kedaulatan bahasa turut menjadi fokus diskusi. Badan Bahasa mendorong agar UKBI menjadi standar pengukuran kemampuan bahasa Indonesia, terutama bagi mahasiswa yang diwajibkan mengikuti tes UKBI sebagai syarat ujian akhir. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa lulusan memiliki kompetensi bahasa Indonesia yang memadai.
Isu internasionalisasi bahasa Indonesia juga dibahas dalam pertemuan ini, khususnya melalui program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Untirta yang telah menjalankan program kelas BIPA diharapkan dapat memperluas jangkauan pengajarannya. Dalam konteks ini, permintaan terhadap pengajaran bahasa Indonesia di Australia semakin meningkat, namun masih terbatasnya jumlah tenaga pengajar menjadi tantangan yang perlu diatasi.
Selain bahasa Indonesia, pelestarian bahasa daerah juga menjadi perhatian utama dalam pertemuan ini. Kekurangan guru bahasa daerah di sekolah-sekolah menjadi tantangan besar yang harus segera diatasi. Untirta disarankan untuk mengundang pegiat bahasa daerah dan literasi dalam peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional pada 21 Februari mendatang guna meningkatkan kesadaran akan pentingnya bahasa daerah.
Badan Bahasa dan Untirta juga membahas pentingnya penelitian dalam mendukung program-program kebahasaan. Evaluasi dampak terhadap program yang telah dijalankan dianggap sebagai langkah penting untuk meningkatkan efektivitas kebijakan yang diterapkan.
Di sisi lain, Untirta menyatakan kesiapan untuk menjadi tim pelaksana UKBI di Banten, guna memperkuat implementasi tes kemahiran berbahasa Indonesia di wilayah tersebut. Selain itu, Untirta juga merencanakan penyelenggaraan webinar untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Dengan adanya pertemuan ini, diharapkan sinergi antara Badan Bahasa dan Untirta dapat semakin memperkuat upaya pengembangan bahasa, literasi, dan pelestarian bahasa daerah, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 429 kali
Editor :
Dilihat 429 kali