Dua Barista Alumni PKW Ini Unggulkan Konsep Slow Bar Coffee 10 Februari 2025 ← Back
Bandung, Kemendikdasmen — Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) adalah program di bawah naungan Direktorat Kursus dan Pelatihan, Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). PKW adalah program kursus dan pelatihan secara gratis untuk mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil, berkarakter, berdaya saing, dan siap kerja. PKW bertujuan untuk memperluas akses layanan kursus dan pelatihan kepada masyarakat untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, lalu menumbuhkan sikap mental wirausaha dalam mengelola potensi diri dan lingkungan yang dapat dijadikan bekal untuk berwirausaha.
Program PKW di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Duta Karya, Bandung, Jawa Barat hadir membantu memecahkan masalah bagi generasi muda yang ingin memulai bisnis, tetapi belum memiliki keterampilan yang memadai. LKP Duta Karya berhasil mencetak wirausahawan muda dan berbakat. Mereka adalah Hilmi Nibras dan Cecep Sunarya dari tanah priangan. Mereka mendapat beragam ilmu pengolahan dan penyajian kopi, seperti basic cupping, manual brew, espresso, dan latte art. Selain itu, mereka belajar materi mengenai management, digital branding, dan hospitality sebagai bekal berwirausaha. Setelah menyelesaikan program PKW di LKP Duta Karya, mereka mendapat bantuan modal untuk memulai usaha, seperti alat mesin kopi dan biji kopi.
“Bantuan mesin kopi ini benar-benar menjadi modal yang luar biasa, untuk kami yang baru memulai usaha,” ujar Cecep pada Kamis (6/2).
Akhirnya, mereka memberanikan diri untuk membuka usaha kedai kopi di Ujung Berung, Bandung dengan konsep slow bar coffee. Mereka mengutamakan pengalaman personal dalam meracik kopi dengan pendekatan yang lebih santai dan tidak tergesa-gesa sehingga dapat mendalami dan menghayati cita rasa kopi tersebut. Dari ilmu PKW di LKP Duta Karya, mereka berhasil mendapatkan formula house blend, perpaduan biji kopi dari berbagai daerah. Kedai kopi mereka menggunakan perpaduan biji kopi arabika dari Gunung Tilu dan biji kopi robusta dari Temanggung.
Mereka masih berada pada tahap awal dalam menjalankan bisnis tersebut. Namun, mereka terus menjaga konsistensi, semangat belajar, dan keberanian untuk mencoba dalam berbagai peluang untuk mencapai keberhasilan. Mereka meyakini bahwa tidak ada yang mustahil untuk meraih kesuksesan pada usia muda, asalkan didukung oleh keinginan untuk bekerja keras dan terus belajar.
“Bisnis coffee shop memang tidak mudah, banyak sekali warung kopi yang menjamur di kota besar. Mesti berani mencoba, belajar, dan menciptakan karakter sendiri untuk membuat perbedaan dari yang lain,” jelas Hilmi.
Seperti perjalanan bisnis pada umumnya, mereka menghadapi berbagai tantangan dalam mengelola bisnis tersebut. Meskipun belum genap satu tahun beroperasi, kedai kopi tersebut telah menghasilkan omzet sekitar Rp400.000–Rp2.000.000 per minggu, tergantung pada tingkat kunjungan pelanggan.
“Pasar utama kami memang anak-anak muda, biasanya waktu ramai saat weekend atau malam minggu. Sekarang kami sedang fokus untuk mewujudkan rencana pindah ke lokasi yang lebih dekat dengan salah satu kampus di Bandung,” tegas Cecep.
Tak hanya itu, pihak PKW di LKP Duta Karya mengajak kedai kopi tersebut untuk saling bermitra. Dengan demikian, program PKW di LKP Duta Karya telah membantu Hilmi dan Cecep memperoleh banyak manfaat untuk modal merintis usaha kedai kopi. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, mereka tetap berkomitmen untuk belajar dan mengembangkan bisnisnya dengan menciptakan karakter unik dalam penyajian kopi. Dengan semangat dan kerja keras, mereka optimis dapat mencapai kesuksesan dan memperluas usahanya di masa depan.*** (Penulis: Riska/Editor: Rayhan, Denty A.)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 215 kali
Editor :
Dilihat 215 kali